UNSUR SPIRITUAL
SEBAGAI BENTENG
PERADABAN ISLAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Akhmad Rowi, M. H.
Oleh:
Durotus saniyah
C.1.4.11.0054
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH
DEMAK
(UNISFAT)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan rasa cemas orang berbicara mengenai
antisipasi masa depan. Apaplagi benda benda yang bernama masa depan itu di sini
sering dikaitkan dengan era globalisasi. Era macam itu dalam benak kita serba
mengancam. Elemen kebudayaan lokal harus masuk kancah pergaulan budaya global,
dengan resiko terkoyak-koyak dan punah. Dalam lingkup kehidupan agama pun rasa
cemas itu ada, para pemimpin umat dan para perumus kebijakan umat jauh-jauh
hari sering mulai bicara perkara masa depan.
Walaupun demikian di Indonesia masih banyak
masyarakatnya yang menganut spiritualisme kuno seperti percaya pada roh-roh
halus yang mempunyai kekuatan dan benda-benda yang dipercayai dapat membawa
keberuntungan, semua itu tidak terlepas dari spiritualisme jawa yang penuh
dengan unsur-unsur klenik. Seperti yang terjadi di Solo di mana masyarakatnya
masih mempercayai kotoran kebo bule sebagai benda yang diyakini dapat mengobati
segala macam penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian spiritual ?
2. Bagaimana urgensi unsur spiritual dalam
membentengi peradaban Islam?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memahami konsep spiritualisme dalam
Islam.
2. Untuk menambah wawasan khususnya mahasiswa dan
umumnya para pembaca.
3. Menumbuhkan motivasi diri untuk mendalami
kajian spiritualisme Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Spiritual Islam
Secara etimologi kata “sprit” berasal
dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya berarti “roh,
jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.”
Dalam perkembangan selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi.
Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan
1. kekuatan yang menganimasi dan memberi
energi pada cosmos,
2. kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan,
keinginan, dan intelegensi,
3. makhluk immaterial,
4. wujud ideal akal pikiran (intelektualitas,
rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).
Sementara itu, Allama Mirsa Ali Al-Qadhi
dikutip dalam bukunya Dr. H. M. Ruslan, MA mengatakan bahwa spiriritualitas
adalahtahapan perjalanan batin seorang manusia untuk mencari dunia yang lebih
tinggi dengan bantuan riyadahat dan berbagai amalan pengekangan diri sehingga
perhatiannya tidak berpaling dari Allah, semata-mata untuk mencapai puncak
kebahagiaan abadi.
Selain itu, dikutip pada buku yang sama,
Sayyed Hosseein Nash salah seorang spiritualis Islam mendefinisikan spiritual
sebagai sesuatu yang mengacu pada apa yang terkait dengan dunia ruh, dekat
dengan Ilahi, mengandung kebatinan dan interioritas yang disamakan dengan yang
hakiki.
Spiritualitas menurut Ibn ‘Arabi adalah
pengerahan segenap potensi rohaniyah dalam diri manusia yang harus tunduk pada
ketentuan syar’I dalam melihat segala macam bentuk realitas baik dalam dunia
empiris maupun dalam dunia kebatinan.[
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas
meliputi aspek-aspek :
1. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak
diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2. Menemukan arti dan tujuan hidup,
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber
dan kekuatan dalam diri sendiri,
B. Spiritual Sebagai Benteng Peradaban Islam
Sebagai benteng peradaban Islam unsur
spiritual sangat urgen dalam membentengi jati diri umat Islam. Apapun model
gerakan yang dibentuk, semuanya harus memiliki tujuan untuk membangun peradaban
yang sesuai dengan ajaran Islam.
Contoh spiritual dalam membentengi peradaban
islam yaitu Jika tawaran dari Barat tidak bertentangan dengan Islam, maka boleh
diambil, tetapi jika sebaliknya, maka harus ditolak. Artinya, apa yang datang
dari Barat tidak semuanya ditolak (negative), karena dunia
saat ini dunia berada di bawah genggaman mereka, tetapi peradaban yang datang
dari mereka juga harus difilter dengan tekat dan semangat untuk membengaun
peradaban islam dan diseleksi, agar masyarakat muslim di Indonesia tidak
terkena virus Westernisasi. Sebab jika peradaban Barat diterima sepenuhnya,
bisa berakibat pada munculnya masyarakat jahiliyah abad modern. Padahal bangsa
Arab dan masyarakat Barat maju karena Islam. Untuk itu, gencarnya arus
modernisasi Barat harus selalu dibentengi dengan ajaran Islam yang kuat atau
dapat kita katakana sebagai unsur spiritual.
Dengan menjadikan Barat sebagai acuhan dalam
membangun peradaban, maka masyarakat Islam akan bergantung kepada Barat. Saat
ini saja sudah dapat dilihat bagaimana hampir seluruh negara muslim bergantung
kepada Barat, sehingga mereka tidak mampu menentukan sikap di saat harus
berhadapan dengan kekuatan Barat. Bagaimana konflik di Palestina sebagai bukti
lemahnya kekuatan politik negara-negara Islam, di mana umat Islam tidak mampu
berbuat apa-apa, bahkan saling mendahulukan kepentingan negaranya untuk mencari
dukungan diplomatis dari Barat.
Padahal, peradaban Barat yang
kini terbentuk merupakan hasil yang dicuri dari peradaban Islam. Banyak pemikiran,
penemuan dan buku-buku yang diplagiat atau diambil secara tidak jujur. Yang
perlu dicatat lagi adalah bahwa kemajuan peradaban yang dialami Barat hanya
sebatas tekhonologi, bukan spiritual.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh
mengalami inferiority complex (rendah diri) melihat peradaban
Barat yang semu. Apalagi banyak yang memprediksikan bahwa peradaban
Islam abad 21 ini akan muncul di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia dan
Malaysia. Bagaimana masjid, pesantren, lembaga pendidikan Islam, gerakan masa
yang muncul dari umat Islam di Indonesia, bahkan semangat berpolitik pun sudah
diwarnai oleh sentimen keagamaan yang tinggi. Maka perhatian dunia Barat kini
pun tertuju kepada Indonesia dan Malaysia, dengan memberikan banyak suplai dana
kepada lembaga-lembaga yang mampu melemahkan kelompok-kelompok Islam di
Indonesia.
Dalam sejarahnya, ketika filsafat Romawi dan
Yunani "mati" mereka tidak mampu menghidupkannya kembali. Lalu, oleh
al-Kindi, filsuf Islam, pemikiran-pemikiran seperti Aristoteles dan Plato
dimodifikasi dan diklasifikasikan. Dalam kajiannya, Plato mengatakan bahwa
tuhan hanya "duduk manis", kemudian dirubah oleh al-Kindi tuhan
adalah tuhan al-Khalik (pencipta). Begitu juga ketika Aristoteles mengatakan
tuhan the first (yang pertama), al-Kindi merubahnya menjadi
tuhan al-Haq (yang benar). Masih banyak lagi bukti, bahwa peradaban dan tradisi
ilmu Islam jauh lebih maju ketimbang eropa dan Barat ketika itu. Peradaban
Islam itu dibangun dengan tradisi ilmu.
Maka Dengan demikian tugas umat Islam saat ini
adalah membangun peradaban Islam, dengan cara sering memunculkan wacana dan
konsep mengenai peradaban Islam. Jangan hanya rajin turun ke jalan tetapi tidak
tahu bagimana konsep membangun peradaban. Peradaban Islam yang harus dibangun
di dunia modern sekarang ini adalah peradaban Islam modern
yang mandiri, yaitu peradaban yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat Islam
modern, bukan kebudayaan pra-Islam atau kebudayaan asing yang merusak generasi
muslim. Yaitu, peradaban yang berpijak pada teks al-Qur’an dan Hadits, karena
masa kejayaan Islam di Masa Nabi, ketika al-Qur'an dan Hadits sebagaim
pedomannya, hingga kini tidak dapat tertandingi. Hal itu penting karena
asas dari sebuah peradaban adalah pemikiran. Pemikiran Islam harus bersumber
dari al-Quran dan Hadits.
Jika di atas disebutkan bahwa peradaban Barat
hanya dalam bentuk fisik, sementara peradaban Islam dibangun dalam bentuk fisik
dan spiritual, maka dalam membangun peradaban Islam modern juga demikian, harus
memperhatikan aspek spiritual. Dengan begitu, peradaban fisik tidak akan
merusak generasi muslim dari sisi spiritualnya, tidak sebagaimana peradaban
Barat, yang telah banyak merusak generasi muda.
Iqbal sendiri memberikan apresiasi yang tinggi
terhadap peradaban fisik dan pemikiran yang dikembangkan oleh Barat. Tetapi,
sikap mengabaikan pilar dzikr dinilainya sebagai sebuah sarang
yang ditaruh di atas dahan yang rapuh dan tidak akan bertahan lama. Menurut
Iqbal dalam membangun peradaban Islam yang modern, harus mengintegrasikan fisik
dan spiritual secara baik. Dalam perspektif historis, ketika Nabi ingin
membangun kota Madinah, yang beliau bangun pertama kali adalah masjid. Demikian
pula dengan yang dilakukan oleh umat Islam pada periode kreatif dan dinamis,
ketika dunia Islam menjadi pusat dari seluruh dunia beradab, yang pertama
dilakukan ketika menaklukkan sebuah kota adalah mendirikan masjid dan sekolah.
Dua bangunan ini melambangkan betapa generasi
awal itu telah berpikir jauh ke dunia abstrak yang diwujudkan dalam bentuk
bangunan konkret: masjid adalah simbol dari dzikr, sedangkan
sekolah adalah lambang dari aktivitas fikr. Tidak satu umat dalam
perjalanan sejarah manusia yang begitu jelas merumuskan eksistensinya di
permukaan bumi.Dzikr dan fikr adalah dua pilar
peradaban yang kokoh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritualisme di dalam agama adalah
kepercayaan, atau praktek-praktek yang berdasarkan kepercayaan bahwa jiwa-jiwa
yang berangkat (saat meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad.
Hubungan ini umumnya dilaksanakan melalui seorang medium yang masih hidup. Ada
keterlibatan emosional yang kuat, baik pada penolakan maupun penerimaan
terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian imparsial dipakai
untuk membuktikannya.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk
spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan
''mendasar'' atau ''pokok". Mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup
saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat lelah, depresi, atau merasa
terkalahkan? Orang Jawa mengemasnya dalam konsep sangkan paraning
dumadi dan cakra manggilingan. Asal muasal manusia dan
bahwa manusia itu berada dalam roda kehidupan yang berputar, kadang di atas, di
samping, atau di bawah.
Unsur spiritual sangat mendukung dalam
peradaban islam, terbukti dalam sejarah,dalam membangun peradaban Islam harus
memperhatikan aspek spiritual. Dengan begitu, peradaban fisik tidak akan
merusak generasi muslim dari sisi spiritualnya, tidak sebagaimana peradaban
Barat, yang telah banyak merusak generasi muda.
Islam memiliki kecenderungan sebagai civil
religion yang dihayati dan diamalkan sebagai reaksi terhadap perubahan
masyarakat yang sangat cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan. Kita optimis
tasawuf dan tarekatnya akan muncul menjadi semangat jaman.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
dan dapat digunakan bagi semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada di UNISFAT.
Bisa menambahkan wawasan yang luas dalam masa study belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia
spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-Zikra,2008),h.16
www.akhmadrowi.blogspot.com.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !