MAKALAH
PENGARUH PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliyah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Akhmad Rowi, MH
Disusun oleh :
Maskur
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2014
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal ini disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan Anshar.Terdapat perbedaan pendapat antara Kaum Muhajirin dan Anshar karena kaum Muhajirin mengusulkan Abu Bakar as Shiddiq, sedangkan kaum Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti nabi Muhammad SAW.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima oleh kedua belah pihak.Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang Khulafaur Rasyidin. Tidak terlepas dari hal ini semoga makalah ini bisa membantu kesulitan teman-teman dalam memahami tentang Khulafaur Rasyidin.
B. Perumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai beberapa masalah, antara lain :
1) Apa
pengertian dari Khulafaur Rasyidin ?
2) Siapa
sajakah yang termasuk Khulafaur Rasyidin ?
3) Bagaimana
pemerintahan dari masing-masing khalifah tersebut ?
BAB II
A. Pembahasan Masalah
Pengertian Khulafaur Rasyidin Khulafaur Rasyidin menurut bahasa
artinya para pemimpin yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan
menurut istilah yaitu para khalifah (pemimpin umat Islam) yang melanjutkan
kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah
Rasulullah SAW wafat.Rasulullah SAW meninggal dunia tidak hanya sebagai seorang
Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyampaikan risalah agama Islam, namun lebih
dari itu Beliau juga seorang kepala negara yang memimpin suatu negara. Oleh
karena itu, jabatannya sebagai kepala pemerintahan harus ada yang
menggantikannya.
Maka setelah Rasulullah wafat, para sahabat Muhajirin maupun sahabat Anshor berkumpul untuk bermusyawarah mengangkat seorang pemimpin diantara mereka. Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
Maka setelah Rasulullah wafat, para sahabat Muhajirin maupun sahabat Anshor berkumpul untuk bermusyawarah mengangkat seorang pemimpin diantara mereka. Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
a. Abu
Bakar as Shiddiq
b. Umar
bin Khatab
c. Usman
bin Affan
d. Ali
bin Abu Thalib
Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam (khalifah)
tidak termasuk Khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem dari pemilihan
secara demokratis menjadi kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dasar
keturunan seperti halnya dalam sistem kerajaan.
B. Masa Abu Bakar as Shiddiq ( 11 – 13 H = 632 – 634 M )
Khalifah pertama sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW adalah Abu
Bakar as Shiddiq. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Ghufah. Dipanggil Abu
Bakar yang berarti ayah dari seorang gadis, karena memang Abu Bakar mempunyai
anak gadis yang bernama Aisyah yang kemudian menjadi istri Rasulullah SAW. Dia
termasuk Assabiqunal awwalun yaitu orang yang mula-mula masuk agama Islam.
Mendapat julukan as Shiddiq karena dialah yang selalu membenarkan apa yang ada
pada diri Rasulullah SAW. Diantara para sahabat Nabi, dialah yang tertua dan
yang paling dekat hubungannya dengan Nabi. Dialah yang menemani Nabi saat
berhijrah dari Mekkah menuju Madinah. Usianya 3 tahun lebih muda daripada Nabi.
Melihat kedekatan hubungan dengan Nabi tersebut, maka para sahabat baik sahabat
Muhajirin (orang yang ikut hijrah bersama Nabi atau penduduk asli Mekkah) dan
sahabat Anshor (penolong / penduduk asli Madinah) semuanya sepakat untuk
mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama.Pada masa kepemimpinannya,
usaha-usaha yang telah dilakukannya adalah:
a) Menghadapi
para pemberontak yang terdiri atas orang-orang yang murtad (keluar dari agama
Islam) serta orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
b) Menghadapi
orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi (nabi palsu) seperti: Musailamah
Al Kazab, Al Aswad, Tulaihah dan Sajjah Tamamiyah.
c) Mengumpulkan
tulisan-tulisan Al-Qur’an menjadi 1 kumpulan, mengingat banyak para sahabat
penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam peperangan menghadapi orang-orang yang
murtad.
Abu Bakar hanya memimpin selama 2 tahun, karena pada tahun 13 H Abu
Bakar meninggal dunia karena sakit yang dideritanya dalam usia 63 tahun dan
dikubur di samping makam Rasulullah.
C. Umar
bin Khathab ( 13 – 23 H= 634 – 644 M)
Umar bin Khathab adalah putra Naufal Al Quraisyi dari Bani Ady. Sebelum Islam suku Bani Ady terkenal sebagai suku yang terpandang mulia, megah, dan berkedudukan tinggi. Masuk Islam pada tahun ke enam dari kenabian, berwatak keras dan pemberani, tapi juga lemah lembut sering menyamar sebagai rakyat jelata. Usaha-usaha Khallifah Umar bin Khathab antara lain :
a. Pembagian
wilayah kekuasaan islam menjadi beberapa bagian (propinsi) yang masing-masing
propinsi di pimpin oleh seseorang Amirul mukminin. Hal ini mengingat semakin luasnya
daerah kekuasaan Islam.
b. Pembentukan
dewan-dewan pemerintahan seperti dewan perbendaharaan negara (Baitul maal),
dewan peradilan (Qadhil Qudhah), dewan pertahanan dsb.
c. Penetapan
tahun Hijriyah yang dimulai penanggalannya dari hijrah nabi dari Mekkah ke
Madinah.
d. Pembemtukan
urusan kehakiman dan pembangunan Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Aqsha,
dll.
e. Memperluas
daerah kekuasaan Islam dan penyebaran agama Islam ke beberapa daerah seperti:
Damaskus, Mesir, Babilonia dan beberapa bekas jajahan Romawi Timur.
Melihat keberhasilan Umar bin Kathab ini, banyak musuh dari negara
lain hendak membunuh khalifah. Maka seorang tahanan perang Nahawan yang bernama
Fairus( Abu Lu’lu’) dari bangsa Persia dan menjadi hamba atau budak dari
Mughiroh bin Syu’bah sakit hati dan dendam kepada khalifah atas hancurnya
kekaisaran Persia. Maka pada suatu hari tepatnya pada tahun 23 H khalifah Umar
meninggal dunia karena dibunuh oleh Abu Lu’lu.
D. Usman bin Affan (23 – 35 H = 644 – 656 M)
Usman bin Affan adalah putra Abdu Syam bin Abdi Manaf, lahir pada
tahun ke-5 Miladiyah di Mekkah. Dia merupakan bangsaan Quraisy yang sangat kaya
raya namun sangat dermawan. Oleh Rasulullah diberi gelar ZUN NURAIN yang
artinya orang yang mempunyai dua cahaya. Hal ini disebabkan karena Usman
menikah dengan dua puteri Rasulullah SAW yaitu dengan Siti Ruqayah dan kemudian
setelah meninggal dunia, Rasulullah SAW kembali menikahkannya dengan puterinya
yang lain yang bernama Umi Kulsum. Saat diangkat menjadi khalifah Usman telah
berusia70 tahun, namun demikian usaha dan jasa-jasanya selama menjadi khalifah
sangat besar sekali bagi umat Islam khususnya yang menyangkut usaha pembukuan
Al quran menjadi satu mushaf. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi
perbedaan di kalangan umat Islam mengenai bacaan Al Quran. Melihat kondisi
seperti ini, khalifah kemudian membentuk suatu panitia khusus yang bertugas
membukukan Al Quran menjadi satu mushaf yang sama ejaan maupun bahasanya. Yang
termasuk panitia ini adalah Zaid bin Tsabit sebagai ketua dibantu oleh Abdullah
bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Kepada
panitia khalifah Usman berpesan agar berpedoman kepada hafalan para sahabat
penghafal Al Quran dan jika terjadi perbedaan dalam dialek, maka dikembalikan
kepada bahasa atau dialek Quraisy karena Al Quran diturunkan dengan dialek suku
Quraisy. Panitia menyusun sebanyak lima buah, masing-masing dikirim ke beberapa
daerah seperti: Syam, Kufah, Basrah, dan Mesir. Sedangkan yang satu tetap
berada di Madinah untuk khalifah sendiri yang disebut Mushaf Al Imam.
Di samping usaha pembukuan Al Quran tersebut, khalifah Usman juga
melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Islam, sehingga pada saat itu Islam
telah mencapai Afrika (Tunisia, Sudan, Tripoli Barat) dan daerah
Armenia.Khalifah Usman menghadapi pemberontakan dari beberapa golongan
diantaranya adalah dari Khufah dan Basrah, demikian jugu dari Abdullah bin Abu
Bakar. Khalifah dikepung oleh para pemberontak selama 40 hari lamanya, sampai
akhirnya beliau dibunuh oleh para pemberontak (Abdullah bin Saba’) pada tahun
35 H.
E. Ali
bin Abu Thalib ( 35 – 40 H = 656 – 661 M)
Ali bin Abu Thalib adalah anak dari paman Nabi Muhammad SAW yang
bernama Abu Thalib. Sejak kecil telah bergaul dengan Rasulullah SAW karena Nabi
juga diasuh oleh Abu Thalib. Setelah Nabi Muhammad SAW berkeluarga, maka Ali
ikut dengan Nabi Muhammad SAW.
Ali lahir di Mekkah pada tahun 661 H. Termasuk Assabiqunal awalun
dan orang yang paling muda dari beberapa orang yang pertama kali masuk agama
Islam, karena pada waktu itu usianya baru 8 tahun. Dia merupakan seorang
pemimpin yang cerdas, jujur, pemberani, adil, dan pandai dalam strategi perang
karena setiap peperangan yang dihadapi oleh umat Islam, Ali selalu mengikutinya
dan berada di barisan paling depan sebagai panglima yang mengatur strategi
pasukan Islam. Setelah dewasa, Rasulullah SAW menikahkannya dengan salah satu
puterinya yang bernama Siti Fatimah. Proses pengangkatan Ali sebagai khalifah
melalui musyawarah di kalangan umat Islam, namun demikian keadaan umat Islam
pada waktu itu sudah mengalami perpecahan yang hebat. Banyak bermunculan
golongan-golongan yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mereka dalam hal
kepemimpinan umat Islam.
Banyak peperangan yang terjadi ketika masa pemerintahan khalifah
Ali, dan yang terpenting adalah peperangan Jamal dan Shiffin.
a.
PEPERANGAN JAMAL
Dinamakan peperangan Jamal (unta) karena Siti Aisyah, istri
Rasulullah SAW dan puteri Abu Bakar as Shiddiq ikut dalam peperangan ini dengan
mengendarai unta. Ikut campurnya Aisyah memerangi Ali terpandang sebagai hal
yang luar biasa sehingga orang menghubungkan peperangan ini dengan Aisyah dan
untanya, walaupun peranan yang dipegang Aisyah tidak begitu besar. Sesungguhnya
peperangan ini adalah peperangan yang pertama kali terjadi antara dua laskar
dari kaum Muslimin, di mana seorang Muslim menghadapi seorang Muslim dengan
amarahnya hendak menumpahkan darah saudaranya seagama.
Peperangan Jamal terjadi karena keinginan dan nafsu perseorangan yang timbul pada diri Abdullah bin Zubair dan Thalhah serta perasaan benci Aisyah terhadap Ali. Dosa Thalhah agak ringan dibanding dosa Abdullah karena Thalhah tidak sampai mempengaruhi kaum Muslimin. Dan tak ada pengaruhnya terhadap Aisyah yang dapat mendorong Aisyah agar mempengaruhi kaum Muslimin dengan menggunakan kedudukannya sebagai Ummul Mukminin.
Akan tetapi, Abdullah bin Zubair sangat bernafsu untuk menduduki kursi khalifah dan berupaya dengan sungguh-sungguh menghasut Aisyah menghidupkan api peperangan agar keinginannya menduduki kursi khalifah dapat tercapai. Ali disalahkan karena dia dipandang tidak dapat menguasai laskarnya seluruhnya. Ketika ada usahanya hendak mencari perdamaian, diantara pengikut-pengikutnya ada yang membuat komplotan untuk menyalakan api peperangan. Andai kata beliau berwibawa penuh terhadap laskarnya, mungkin peperangan dapat dihindarkan. Yang memikul tanggung jawab atas terjadinya peperangan Jamal yang telah menelan korban puluhan ribu umat manusia adalah Abdullah bin Zubair dan Aisyah.
b. PEPERANGAN SHIFFIN
Peperangan Jamal terjadi karena keinginan dan nafsu perseorangan yang timbul pada diri Abdullah bin Zubair dan Thalhah serta perasaan benci Aisyah terhadap Ali. Dosa Thalhah agak ringan dibanding dosa Abdullah karena Thalhah tidak sampai mempengaruhi kaum Muslimin. Dan tak ada pengaruhnya terhadap Aisyah yang dapat mendorong Aisyah agar mempengaruhi kaum Muslimin dengan menggunakan kedudukannya sebagai Ummul Mukminin.
Akan tetapi, Abdullah bin Zubair sangat bernafsu untuk menduduki kursi khalifah dan berupaya dengan sungguh-sungguh menghasut Aisyah menghidupkan api peperangan agar keinginannya menduduki kursi khalifah dapat tercapai. Ali disalahkan karena dia dipandang tidak dapat menguasai laskarnya seluruhnya. Ketika ada usahanya hendak mencari perdamaian, diantara pengikut-pengikutnya ada yang membuat komplotan untuk menyalakan api peperangan. Andai kata beliau berwibawa penuh terhadap laskarnya, mungkin peperangan dapat dihindarkan. Yang memikul tanggung jawab atas terjadinya peperangan Jamal yang telah menelan korban puluhan ribu umat manusia adalah Abdullah bin Zubair dan Aisyah.
b. PEPERANGAN SHIFFIN
Peperangan Shiffin adalah peeprangan antara khalifah Ali dan
Mu’awiyah. Ali dan pengikut-pengikutnya mulanya mengira bahwa peperangan yang
pertama dan itu pun akan merupakan peperangan penghabisan haruslah untuk
menundukkan Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang didukung penduduk Syam. Mu’awiyah
adalah anak Abu Sufyan (paman Usman) pemuka Bani Umayah yang amat disegani dan
dipatuhi oleh laskarnya. Thalhah dan Zubair sebelumnya tidak dipandang musuh
oleh Ali, terlebih sesudah keduanya memberikan bai’ah dan sumpah setianya
kepada Ali. Begitu pula tidak seorang pun menyangka bahwa kebencian Aisyah
terhadap Ali akan sampai sedemikian rupa sehingga Aisyah menceburkan diri ke
dalam peperangan memimpin bala tentara melawan Ali. Peperangan Jamal
mengakibatkan gugurnya ribuan tentara Ali. Sementara itu, Mu’awiyah memperkuat
laskarnya dengan membagi-bagi uang kepada mereka dan pengikutnya sehingga ikatan
kesatuan mereka menjadi kuat. Pertempuran terjadi antara kedua laskar beberapa
hari lamanya. Ali dengan keberanian pribadinya dapat membangkitkan semangat dan
kekuatan laskarnya, sehingga kemenangan sudah membayang baginya. Ahli-ahli
sejarah yang mempelajari sejarah kehidupan Ali di bidang kemiliteran menemukan
bahwa dalam setiap pertempuaran Ali selalu menang. Menang dalam peperangan
Jamal, Shiffin dan beberapa peperangan dengan Khawarij. Akan tetapi, beliau
kalah dalam diplomasi dan tak dapat mengelak dari tipu daya.
Ketika akhir hayat khalifah Usman bin Affan menghadapi berbagai kelompok pemberontak, maka demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh khalifah Ali bin Abu Thalib. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya Ali lebih banyak menghadapi para pemberontak ini terutama pemberontakan yang dilakukan oleh gubernur Mesir yang bernama Muawiyah bin Abu Sufyan. Hampir seluruh masa pemerintahannya habis untuk menghadapi para pemberontak, sehingga usaha dan jasa-jasa khalifah Ali tidak begitu banyak diketahui. Khalifah Ali meninggal dunia karena dibunuh oleh salah seorang golongan Khawarij yang bernama Ibnu Muljam pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
Ketika akhir hayat khalifah Usman bin Affan menghadapi berbagai kelompok pemberontak, maka demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh khalifah Ali bin Abu Thalib. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya Ali lebih banyak menghadapi para pemberontak ini terutama pemberontakan yang dilakukan oleh gubernur Mesir yang bernama Muawiyah bin Abu Sufyan. Hampir seluruh masa pemerintahannya habis untuk menghadapi para pemberontak, sehingga usaha dan jasa-jasa khalifah Ali tidak begitu banyak diketahui. Khalifah Ali meninggal dunia karena dibunuh oleh salah seorang golongan Khawarij yang bernama Ibnu Muljam pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para khalifah (pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah SAW wafat.Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para khalifah (pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah SAW wafat.Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
a) Abu
Bakar as Shiddiq ( 11 – 13 H = 632 – 634 M )
b) Umar
bin Khatab ( 13 – 23 H= 634 – 644 M)
c) Usman
bin Affan (23 – 35 H 644– 656 M)
d) Ali
bin Abu Thalib ( 35 – 40 H = 656 – 661 M)
Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam (khalifah)
tidak termasuk Khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem dari pemilihan
secara demokratis menjadi kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dasar
keturunan seperti halnya dalam sistem kerajaan.
Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin telah selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani Umayyah.
B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta Pusat :
Pustaka Al – Husna
Suwito. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas VIII Semester Genap. Surakarta : Mitra Mandiri
Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Suwito. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas VIII Semester Genap. Surakarta : Mitra Mandiri
Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
www.akhmadrowi.blogspot.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !