Headlines News :
.
Home » » Teori Akal (Uswatun Khasanah)

Teori Akal (Uswatun Khasanah)

Written By Unknown on Selasa, 05 November 2013 | 21.27

http://akhmadrowi.blogspot


MAKALAH FILSAFAT ISLAM
TENTANG TEORI AKAL
SEMESTER III




Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  Filsafat Islam
Dosen Pengampu Bapak Drs. H. Akhmad Rowi, MH





 


 









Disusun oleh;
                                                 Nama       : Uswatun Khasanah
                                                 NIM        : C.1.4.12.0033
                                                






FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
informal, dari manusia pemiliknya. akal juga sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah.Akal diciptakan Allah kemudian diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiaran yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan Allah. Allah telah menciptakan manusia secara sempurna karena manusia dibekali dengan akal, berbeda dibanding makhluk yang lain. Begitu pentingnya peranan akal bagi manusia sehingga terlihat sempurna. Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun
Kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama maka tidak ada kemampuan akal manusia yang sama persis. Setiap orang pasti memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda-beda karena kemampuan akal mereka juga berbeda-beda sesuai kapasitasnya. Maka perlu sekali bagi kita untuk mempelajari teori-teori tentang akal, agar kita bisa memahami berbagai teori akal menurut para filosof yang mungkin selama ini belum kita ketahui. Dibawah ini kita akan memaparkan pengertian akal, teori akal menurut beberapa filosof, dan juga ciri-ciri penggunaan akal dalam islam.
B.     Perumusan Masalah
            Di dalam makalah ini penyusun ingin memaparkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Apa pengertian tentang AKAL?
2.      Bagaimana teori akal menurut PLATO?
3.      Bagaimana teori akal menurut DESCARTES?
4.      Bagaimana teori akal menurut ARISTOTELES?
5.      Bagaimana teori akal menurut IMMANUEL KANT?
6.      Bagaimana ciri-ciri penggunaan akal dalam islam?




BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Akal
   Kata akal berasal dari bahasa arab al-aql dan dalan alqur’an dapat diartikan paham dan mengerti. Dalam kamus bahasa arab terdapat kata aqala yang berarti mengikat dan menahan. Al-aql juga mengandung arti kalbu. Menurut pemahaman prof. Izutzu kata al-aql di jaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah. Menurut pendapatnya, orang yang berakal adalah orang-orang yang mempunyai akal untuk memecahkan masalah setiap kali ia dihadapkan dengan problem dan selanjutnya dapat melepaskan diri dari bahaya yang ia hadapi. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial hidup ini. Akal juga bisa berarti jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, dan ikhtiar. Akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan. Akal fikiran tidak hanya digunakan untuk sekedar makan, tidur, dan berkembang biak, tetapi akal juga mengajukan beberapa pertanyaan dasar tentang asal-usul, alam dan masa yang akan datang. Kemampuan  mengantarkan pada suatu kesadaran tentang betapa tidak kekal dan betapa tidak pastinya kehidupan ini.
Telah berkembang banyak teori tentang akal sejak bertahun-tahun. Teori-teori       tersebut dapat digolong-golongkan menurut sistem sederhana yang dipakai oleh para filosof yang berkecimpung dalam menyelidiki akal:
  1. akal adalah substansi non-material,
  2. akal adalah prinsip penataan,
  3. akal adalah kumpulan dari pengalaman dan
  4. akal adalah sebagai bentuk perilaku.
B.     Teori akal PLATO(Akal sebagai Substansi)

Akal dapat ditafsirkan sebagai kesatuan yang non-material, yang tak dapat dibagi dan tak dapat mati. Istilah substansi dipakai dalam filsafat untuk menunjukkan suatu realitas yang dalam dan yang mengandung kualitas. Marilah kita mengambil dua contoh. Lilin adalah suatu substansi yang mempunyai beberapa kualitas: seperti warna kuning (keruh kecuali jika dimurnikan), plastik (dapat diremas jika hangat), melekat, tak dapat ditekan dan lain-lain. Apakah yang tinggal jika anda menghilangkan kualitas-kualitas tersebut? jawabannya, yang tinggal adalah substansi. Yakni sesuatu yang mempunyai kualitas. Sekarang kita bicara tentang akal. Akal mempunyai kualitas seperti dapat faham, berfikir, ingat dan mengkhayalkan. Apakah yang tertinggal jika anda mengambil kualitas-kualitas tersebut. jawabannya, yang tertinggal adalah substansi, dan kali ini substansi yang immaterial.
Plato membagi watak manusia ke dalam tiga bagian:
 Pertama, bagian rasional, tempatnya adalah dalam otak. Unsur rasional manusia adalah esensi suci, atau substansi, dan harus dibedakan dari badan di mana akal itu terpenjara.  kedua adalah bagian yang merasa, tempatnya di dada.
 ketiga, unsur yang ingin atau selera, tempatnya di perut. Unsur keinginan tidak mempunyai prinsip untuk mengatur diri sendiri, karena itu harus berada di bawah kontrol akal.
 Akal dan badan mempunyai hubungan yang erat satu dengan lainnya, akan tetapi menurut Plato perbedaan antara dua hal tersebut adalah nyata. Jiwa yang tak dapat dibagi-bagi berasal dari alam misal atau form yang tinggi dan abadi, jauh di atas dunia pengalaman yang selalu berubah  dan lewat. Jiwa tercemar karena berhubungan dengan benda, pada suatu waktu jiwa akan meninggalkan badan dan kembali kepada tempatnya yang abadi.

C.    Teori akal DESCARTES(Akal sebagai substansi)
Descartes, seorang filosof besar pada abad ke-17, menguatkan teori bahwa akal adalah substansi. Karena sangat sangsi terhadap kebenaran pengetahuan pada zamannya, dan kebenaran segala pengetahuan, ia memutuskan untuk mempersoalkan segala-galanya dan memulai suatu cara untuk sangsi yang sistematik, dan berusaha mendapatkan apa yang mustahil dapat disangsikan.
Dari posisi keragu-raguan metodologis, Descartes keluar dengan suatu keyakinan yang kuat bahwa aku itulah yang ada. Perkataannya dalam bahasa Latin adalah “cogito ergo sum”, “aku berpikir, karena itu aku ada”. Descartes menemukan bahwa adanya sedikitnya satu akal, yakni akalnya sendiri, tak dapat disangsikan. “Inilah hal yang tak dapat dipisahkan dariku, aku ada, ini sudah tentu, tetapi berapa kali? Ya, selama aku berpikir, karena barangkali akan terjadi bahwa aku berhenti berpikir, dan berbarengan dengan itu aku tidak lagi ada”. Dari sini ia meyakinkan adanya akal lain, adanya Tuhan serta adanya alam materi. Dunia luar menunjukkan adanya, melalui indra, dan ia tidak percaya bahwa ia dapat ditipu.
Bagi Descartes terdapat dua substansi, akal dan materi. Ia mengadakan perbedaan yang jelas antara keduanya. Akal itu immaterial. Akal adalah kesadaran, dan sifatnya adalah berpikir. Oleh karena akal itu substansial, ia tak dapat dimusnahkan kecuali oleh Tuhan yang merupakan satu-satunya substansi yang tidak bersandar kepada yang lain. Sifat materi adalah keluasan. Badan manusia adalah bagian dari alam materi dan tunduk kepada aturan-aturannya.
D.    Teori akal Aristoteles(akal sebagai prinsip penataan)
Aristoteles, murid Plato, walaupun pada dasarnya menyetujui beberapa aspek dari teori akal sebagai substansi, mengambil arah baru yang akan kita bicarakan sekarang. Bagi Plato, ide-ide adalah bentuk-bentuk yang abadi yang wujudnya adalah dalam alam lain; ide kita tentang dunia ini hanya merupakan copy dari bermacam-macam derajat kebenaran, dari ide yang abadi. Bagi Aristoteles, bentuk itu ada dalam benda, dalam alam ini. Form itu memberi bentuk, mengatur prinsip-prinsip dinamis yang memerintah dan mengarahkan materi. Dari pandangan ini, jiwa (soul, psyche) adalah prinsip kehidupan, kumpulan dari proses kehidupan, prinsip yang aktif untuk mengatur proses-proses ini. Akal atau fikiran adalah kekuatan atau fungsi tertinggi dari jiwa (psyche) manusia. Dalam usaha untuk mempersatukan akal dan badan, Aristoteles menyimpang dari pendirian Plato dan mendekati pendirian bahwa akal itu adalah proses dan fungsi. Jika bagi Plato alam Ide atau bentuk yang abadi ada di luar dunia rasa indrawi, bagi Aristoteles form (bentuk) itu ada di dalam benda sebagai prinsip yang aktif untuk pengaturan.

E.     Teori akal IMMANUEL KANT (Akal sebagai prinsip penataan)
Immanuel Kant pada akhir abad ke-18 mengeritik pandangan tradisional yang mengatakan bahwa akal itu substansi; pandangan tersebut mengatakan bahwa seseorang dapat menjadikan “aku”-nya dan “akal”-nya menjadi obyek langsung untuk diketahui. Bagi Kant, akal itu aktif. Akal itu mengumpulkan bahan-bahan yang disajikan oleh bermacam-macam indra dalam suatu pengolah pengetahuan. Zaman dan ruang merupakan “forms” dari pengalaman-pengalaman indrawi kita, yang dengan memakai pertimbangan (judgment) dikumpulkan menjadi pengalaman yang teratur dan terpadu. Akal bukannya suatu substansi mental yang berdiri sendiri. Akal adalah penataan dan kesatuan dari pengalaman-pengalaman pribadi manusia.
Menurut Kant, yang kita ketahui secara pasti adalah pengalaman-pengalaman kita. Di mana saya ada pengetahuan terdapat juga perpaduan; dan pengetahuan memerlukan seorang yang mengetahui. Jika ada daya ingatan, tentu ada sesuatu yang melakukan ingatan tersebut. pengaturan pengalaman menjadi mungkin karena ada akal dan pemahaman yang berlaku sebagai prinsip penataan. Terdapat kesatuan organik atau pribadi yang mengatasi (transcend) dan yang bertanggung jawab untuk adanya kontinuitas di antara pengalaman-pengalaman yang terpisah. Kesatuan itu adalah aku (self). Aku kadang-kadang dikatakan sebagai tempat bentuk pengetahuan. Kadang-kadang, aku dan akal dianggap sebagai satu. Walaupun begitu, bersama Kant, kita harus tidak lupa bahwa aku adalah suatu subyek moral dan subyek yang mengetahui.
Kant mengatakan bahwa apa yang kita katakan rasional itu adalah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan ukuran hukumalam Dengan kata lain, rasional adalah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam, menurut Kant.
Contoh 
Pesawat terbang yang beratnya ratusan ton, kok bisa terbang?
Jawabannya adalah Ya, dengan alasan karena pesawat itu telah dirancang sesuai dengan hukum alam. Itu rasional. Lain halnya dengan cerita Nabi Musa yang melemparkan tongkatnya ke tanah,  lantas tongkat itu menjadi ular, segera saja Anda mengatakan bahwa itu tidak rasional karena menurut hukum alam adalah tidak mungkin tongkat dapat berubah menjadi ular


F.     Ciri-ciri Penggunaan Akal dalam Islam
Ø  Islam mendorong akal untuk memikirkan makhluk-makhluk yang ada di langit dan di bumi
Ø  Islam menentang taklid, karena taklid menghilangkan kreatifitas berfikir dan melenyapkan peranan akal serta menyampakkan manusia dari tingkat kemanusiaan yang mulia kepada tingkat kebinatangan yang hina.
Ø  Islam mengajak akal supaya meneliti terlebih dahulu persoalan yang dihadapkan kepadanya.
Ø  Islam mengajak akal supaya tidak mengikuti praduga/prasangka
Ø  Islam mengajak akal untuk memikirkan kehidupan manusia serta mengkaji sejarah umat terdahulu.
Ø  Islam menjadikan aqidah sebagai penuntun yang hakiki bagi akal agar tidak tersesat dan melampaui batas.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
                  Dari makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)      Kita dapat mempelajari berbagai ilmu tentang teori akal.
b)      Kita dapat memahami dan mengkaji sejauh mana kedudukan akal bagi kehidupan manusia.
c)      Kita dapat mempergunakan peranan akal itu sendiri untuk hal-hal yang positif dan mampu mengimplementasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
d)     Kita mampu menekankan akal agar tidak digunakan untuk berfikir hal-hal yang kurang berfaedah dan uga mendorong akal supaya bekerja dalam sektor yang sudah disediakan baginya yaitu memakmurkan bumi dan meningkatkan taraf hidup

C.    Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga kita dapat berfikir dalam batas realita, kita bisa menggunakan akal secara praktis dan teoritis. Setidaknya dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dan menyuguhkan motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari ilmu tentang teori-teori akal sehingga kita bisa meminimalisasi kesalahan dalam menempatkan kedudukan akal itu sendiri.Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banya kekurangan. Untuk itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari pembaca sebagai upaya pembangunan mental dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA


Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Indeks. Jakarta 2008
Jose, Francisco Moreno. Agama dan Akal Fikiran. Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1994
Harold H. Titus. (1984). Persoalan-persoalan Filsafat
Mufid, H. Fathul, Drs, M.si, Filsafat Ilmu Islam, STAIN Kudus Press


                







Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AKHMAD ROWI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Tonitok