Headlines News :
.
Home » » Logika & Psikologi Dalam Islam (Sugiyanto FAI Unisfat Demak)

Logika & Psikologi Dalam Islam (Sugiyanto FAI Unisfat Demak)

Written By Unknown on Selasa, 12 November 2013 | 17.28

MAKALAH LOGIKA DAN PSIKOLOGI DALAM ISLAM Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam Dosen Pengampu : Bp. Drs. H. Akhmad Rowi, MH Disusun Oleh : NAMA : SUGIYANTO SEMESTER : 3 PENDIDIKAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014   KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehimgga penulis dapat mengerjakan tugas Filsafat Pendidikan Islam dengan judul ”Logika dan Psikologi Dalam Islam” Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan di masa yang akan datang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah S.W.T yang telah melindungi dan menemani penulis setiap saat. 2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian dan motivasi serta doa setiap saat. Demikianlah makalah ini, harapan penulis sangat sederhana, yaitu semoga para pembaca makalah ini akan mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru dari makalah ini. Penulis   DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Pembahasan .BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian logika dan psikilogi dalam islam 2.2 Sejarah perkembangan logika 2.3 Manfaat logika 2.4 Logika Al Farabi 2.5 Sejarah perkembangan psikologi dalam islam 2.6 Problematika psikologi dalam islam .BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA   BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan, diberi akal dan fikiran yang digunakan untuk berlogika atau memecahkan masalah yang dihadapinya, selain itu juga diberikan jiwa untuk hadir medekatkan diri kepada Tuhan YME, dalam psikologi islam diharapkan manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat tercapai, pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang. 1.2 Dalam rumusan masalah akan membahas tentang : 1.Pengertian logika dan Psikologi dalam Islam 2.Sejarah perkembangan logika 3.Manfaat mempelajari logika 4.Logika Al-Farabi 5.Sejarah Perkembangan Psikologi Islam 6.Problematika Psikologi Islam 1.3 Tujuan dalam makalah : 1.Supaya kita semua mengetahui logika dan psikilogi dalam islam 2.Mengetahui tentang perkembangan dan kajian psikologi islam   BAB II PEMBAHASAN LOGIKA DAN PSIKOLOGI DALAM ISLAM 2.1 Pengertian logika dan psikologi dalam islam Logika berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti kata-kata, pikiran, ide, argumen, alasan, prinsip. Sedangkan secara istilah ilmu logika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum untuk yang digunakan untuk membedakan cara berpikir yang benar dari cara berpikir yang salah dalam rangka mencari suatu kebenaran.. Dengan mengetahui kaedah kaedah logika, diharapkan seseorang dapat terarah pada pola pemikiran yang benar dan menghasilkan kesimpulan yang benar. dimulai dari tokoh-tokoh Yunani seperti Aristoteles, Plato, Socrates, dll. Sedangkan pengertian Psikologi dalam islam Psikologi Islam merupakan satu pendekatan studi dalam memahami kejiwaan dan perilaku manusia yang berdasarkan konsep tauhid, dengan cara integrasi antara ilmu dan iman. Jangan sampai hati beriman kepada Allah tetapi cara atau pola berpikirnya tidak menopangnya. Artinya, kehadiran Psikologi Islam untuk mengintegrasikan pada semua hal. Karena sebagaimana diketahui, psikologi (sebagai disiplin ilmu) muncul bukan dari orang Islam tapi dari orang Barat dan karya-karya mereka telah banyak memberi kontribusi pada semua bidang kehidupan, sekalipun cara berpikirnya sekuler. Justru kehadiran psikologi Islam memberi nuansa transenden. 2.2 Sejarah perkembangan logika Yunani merupakan negeri yang melahirkan ilmu Logika. Ilmu Logika lahir dalam bentuk cabang dari ilmu filsafat, yang melahirkan orang - orang pandai berdebat dan berargumentasi. Kala itu dikenal adanya kelompok safsathoh (Semacam debat kusir yang hanya mementingkan kemenangan dan mengalahkan lawan), Kemudian pada abad II Hijriah, ilmu-ilmu Yunani mulai diterjemahkan ke dalam dunia Arab oleh para ilmuwan Islam. Ilmu logika diadopsi ke dalam ilmu Islam dengan nama Ilmu Mantiq. Mantiq berasal dari kata nataqa yang berarti berkata atau berucap. Sedangkan yang termasuk tokoh-tokoh ilmu Mantiq di dunia Islam adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dll. 2.3 Manfaat mempelajari ilmu logika sebagai berikut : 1.Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis 5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan. 6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. 7. Terhindar dari klenik. 8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri seseorang. 2.4 Logika Al-Farabi Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Aristoteles digelari sebagai ”Guru Pertama” karena dia meluruskan dan mengumpulkan kajian-kajian dalam Logika dan permasalahannya. Sedangkan Al-Farabi disebut ”Guru Kedua” karena dia mengarang buku, mengumpulkan, menyempurnakan terjemahan karya Aristoteles. Al-Farabi adalah tokoh yang memasukkan ilmu Logika ke dalam kebudayaan Arab. Ia mempelajari dan menyelidiki lebih mendalam Logika Yunani yaitu mengenai lafadz dan menguji kaidah-kaidah Mantiq dalam proposisi-proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar atau salahnya proposisi-proposisi tersebut. Yang termasuk di dalam pembahasan Logika karya Al-Farabi adalah : kontingensi masa depan, angka-angka, hubungan antar klasifikasi, hubungan antara logika dengan tata bahasa, bentuk definisi (inference) non-Aristoteles, mencetuskan pembagian Logika menjadi 2 bagian yang berbeda yaitu ide dan bukti, memperkenalkan teori silogisme kondisional dan definisi (inference) dengan analogi. Sebagian dari pemikirannya mengenai Logika adalah : ”Pokok-pokok pembahasan Logika ialah untuk memeriksa dan membedakan antara benar atau palsu, penyelidikan ini akan membawa kita pada suatu ilmu, atau pendapat, yang belum kita ketahui. Karena itu yang menjadi sasaran dalam pelajaran Logika, memperbedakan, antara asli dengan tidak asli, antara baik dan jahat. Pada akhirnya kita akan sampai pada kesempurnaan. Kesempurnaan dapat membersihkan, jiwa-jiwa yang bersih akan dapat mencapai keberuntungan sempurna dan keputusan sebenarnya. 2.5 Sejarah Perkembangan Psikologi Islam Dalam wacana psikologi Islam mulai bergaung semenjak tahun 1978 sebagai suatu perbincangan publik berskala Internasional pada International Symposium on Psychology and Islam di Universitas Riyadl Arab Saudi. Wacana ini merupakan salah satu bentuk terbukanya wacana global tentang islamisasi ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh Ismail Raji Al-Faruqi, Sayyid Hussein Nasr dan Ziauddin Sardar. Namun demikian sejak tahun 1950an Muhammad Utsman Najati telah banyak memberikan pengetahuan tentang Al-Qur’an dan ilmu jiwa.Maka dalam pembahasan tentang psikologi yang dikaitkan dengan Islam telah merebak bersamaan dengan banyaknya kajian dalam psikologi barat, bukan hanya sekedar sebuah perilaku ”iri” terhadap perkembangan psikologi barat yang meninggalkan unsur agama dalam pembahasan manusia. Secara umum berkembangnya wacana Psikologi Islam merupakan salah satu ”buah Islamisasi sains” atau ”kebangkitan Islam”, tidak hanya tuntutan dari ilmuwan muslim melainkan hasil kajian beberapa ilmuwan non muslim. Salah satunya adalah Erich Fromm yang mengungkapkan bahwa manusia modern menghadapi suatu ironi dimana mereka berjaya dalam menggapai capaian-capaian material namun kehidupan mereka dipenuhi keresahan jiwa (rentan terhadap stress, depresi dan merasa teralienasi). Erich Fromm memberi contoh makin meningkatkanya angka bunuh diri pada usia lansia di beberapa negara Eropa dan Amerika. Begitu pula pendapat filosuf Bertrand Russell yang mengatakan bahwa kemajuan material yang dicapai pada peradaban modern tidak dibarengi dengan kemajuan di bidang moral-spiritual. Disamping itu adanya gelombang kritisisme ilmu pengatahuan modern menjadi salah satu faktor pemicu berkembangnya wacana psikologi Islam. Gelombang kritik ini diilhami oleh buku The Structure of Scientific Revolution karya Thomas Kuhn yang mengatakan bahwa gelombang revolusi ilmu pengetahaun selalu ditandai oleh pergeseran dan penggantian dominasi ilmu pengetahuan yang berlaku. Paradigma ilmu pengetahuan yang lama akan digantikan oleh paradigma baru yang lebih mampu menjelaskan tentang sebuah fenomena. Sebagai contoh aliran strukturalisme (consciousness) oleh Wilhelm Wundt digantikan oleh aliran psikoanalisa (unconsciousness) oleh Sigmund Freud. Aliran ini digantikan oleh behavioristik (stimulus-respon) oleh John B. Watson dan kemudian oleh Humanistik (potensi kemanusiaan) oleh Abraham H. Maslow lalu muncul psikologi transpersonal (potensi spiritual) oleh Anthony Sutich. Melihat perkembangan paradigma psikologi barat yang telah dipaparkan diatas, maka tidak menutup kemungkinan psikologi Islam menjadi paradigma selanjutnya dalam perkembangan ilmu psikologi. Salah satu alasan yang dapat digunakan adalah bahwa psikologi Islam menempatkan kembali kedudukan agama dalam kehidupan manusia yang dalam sejarah perkembangan ilmu saling tarik ulur, menjadi penyempurna konsep perilaku manusia dan menghadirkan kembali faktor Tuhan (spiritual) dalam kehidupan manusia serta diyakini mampu menjadi elemen moral dalam aplikasi ilmu pengetahuan modern sehingga dapat membangun kembali peradaban manusia. 2.6 Problematika Psikologi Islam Perlu disadari, bahwa perjuangan Psikologi Islam di Indonesia ternyata tidak semudah yang dicita-citakan. Sejumlah problematika baik pada tataran teoritik, aplikatif maupun kelembagaannya menunggu di hadapan kita. Beberapa problematika yang bisa penulis kemukakan adalah sebagai berikut: Pertama, adanya problem metodologis yang sampai saat ini belum sepenuhnya disepakati. Hal ini perlu disikapi karena salah satu persyaratan membangun ilmu pengetahuan adalah akurasi metodologis. Secara aksiologis, semua pihak sepakat akan artinya Psikologi Islam dalam menuntaskan permasalahan umat, karena Psikologi Barat kontemporer selama ini ternyata tidak sepenuhnya mampu menjawabnya. Namun secara epistimologis, dikotomi pola pikir masih tampak disana-sini. Sarjana berbasis studi Islam misalnya, masih banyak berkutat pada pendekatan normatif, sedangkan sarjana berbasis Psikologi Barat ketika mengintegrasikan dengan Islam banyak yang berkutat pada pemahaman Psikologi Baratnya. Kedua, integrasi psikologi dengan Islam masih bertaraf teoritik dan belum pada tataran aplikatif. Hal itu terlihat pada bidang-bidang penelitian dan diagnosis masalah-masalah psikologis. Dalam kasus penelitian yang dilakukan oleh beberapa sarjana muslim, pada tingkat kerangka teori, mereka mencoba mengintegrasikan antara teori-teori psikologi Barat dengan Islam. Namun, ketika membuat instrumen penelitiannya, mereka hanya men-download dari hasil penelitian sebelumnya yang dianggap permanen, sehingga antara kerangka teorinya tidak memiliki koneksitas dengan intrumen penelitian lainnya. Ketiga, masalah diagnosis persoalan psikologis. Sampai saat ini, Psikologi Islam belum memiliki alat tes dalam mengukur kriteria-kriteria tertentu. Jika Psikologi Islam dipandang sebagai ilmu praktis, maka kedudukan alat tes menjadi tolak ukur keberadaannya. Ironisnya, saat ini para psikolog masih berkutat pada penggunaan alat-alat tes yang diadaptasi dari teori-teori Barat tanpa mempertanyakan validitas teorinya. Kita harus berupaya mengkonstruksi alat tes sendiri yang benar-benar Islami. Keempat, dalam training psikologis yang dilakukan oleh praktisi muslim, kalau boleh dijustifikasi sebagai produk Psikologi Islam, sesungguhnya telah menunjukkan prestasi yang spektakuler. Sebut saja Ary Ginanjar Agustian dengan ESQ (Emosional Spiritual Quetiont) nya. Training ini bertujuan untuk pengembangan diri dalam membangun mentalitas ummat, bukan pada pendekatan simptomatis yang menterapi gangguan kejiwaan. Sebagai entrepreneur, Ary telah menunjukkan keunggulan training yang diturunkan dari nilai-nilai Islam. Lembaganya memiliki jaringan, yang tidak saja pada kalangan akademisi, tetapi juga pada kalangan eksekutif. Dalam kasus yang hampir serupa, terapi-terapi ruqyah telah menjadi psikoterapi alternatif bagi umat Islam. Tujuan terapi ini adalah untuk menghilangkan gangguan kejiwaan pada umat karena gangguan sihir, makhluk halus atau lainnya. Namun, jika hal ini ditransformasikan di lingkungan akademis, maka tidak terelakkan klaim bahwa kampus menjadi praktek perdukunan. Padahal pada kenyataannya, terapi ruqyah ternyata memberikan solusi bagi umat yang tidak mampu dilakukan oleh para psikolog. Kelima, kerancuan kurikulum Psikologi Islam di perguruan tinggi. Penyajian kurikulum Psikologi Islam yang ditawarkan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam(PTAI) masih bersifat sparatis. Artinya, psikologi Islam masih dipahami sebagai matakuliah yang memiliki bobot SKS seperti mata kuliah yang lain. Idealnya, seluruh mata kuliah kepsikologian seharusnya mengintegrasi pada wawasan keislaman, sehingga tidak terjadi pengulangan dan tumpang tindih pada pokok-pokok bahasannya. Untuk pokok bahasan kepribadian misalnya, tidak perlu memasarkan dua mata kuliah seperti psikologi kepribadian Barat dengan psikologi kepribadian Islam, tetapi cukup dalam satu mata kuliah, psikologi kepribadian yang keduanya termuat di dalamnya. Masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan segera, karena transformasi teori Psikologi Islam sesungguhnya bermula dari kerangka kurikulum yang dibangun dalam suatu lembaga perguruan tinggi. Usaha-usaha untuk mendirikan fakultas atau program studi psikologi Islam harus tetap dilanjutkan, sekalipun sering mendapatkan kendala politis. Kendatipun masih banyak berbagai kelemahan dan kekurangan, sebagai disiplin ilmu yang relatif muda, tapi telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Untuk itu, prospek Psikologi Islam ke depan menjadi tanggung jawab kita bersama seperti ilmuan psikologi, praktisi, peneliti, institusi dan peminat psikologi Islam untuk menciptakan gerakan massif memperjuangkan tegaknya Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang kokoh, baik di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan bagi hambaNya dari setiap niat yang tulus dan mulia. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Logika merupakan ilmu dilahirkan dari Yunani kuno dan dikenal dengan istilah ilmu mantiq, ilmu ini digunakan dalam acuan untuk menambah pengetahuan dan bisa diterapkan dalam problematika sehari-hari. Al-Farabi adalah tokoh ilmuwan Islam yang pertama memasukkan ilmu Logika ke dalam kebudayaan Arab, yang diadopsi dari kebudayaan Yunani. Dalam psikologi Islam manusia diharapkan dalam mencari tentang kebenaran mengacu pada Al-Qur’an dan hadits. Perlu disadari bahwa perjuangan psikologi Islam di Indonesia tidak semudah yang dicita-citakan, sejumlah problematika baik pada tataran teoritik, aplikatif maupun kelembagaannya masih banyak, sehingga membutuhkan energi lebih besar untuk membangun dan mengembangkannya menjadi sebuah mainstream baru dalam perkembangan keilmuan psikologi. Ilmuan ini tidak dapat berdiri kokoh ketika para elemen tidak menyatukan suara, tekad dan segenap daya yang dimiliki. Namun sebuah perjuangan menuju citi-cita yang mulia akan dapat tercapai manakala ada kontinuitas dan konsistensi dalam arah perjuangan. Daftar Pustaka Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam (Terjemahan). Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003. Barmawi, Ahmad, M.Ag., 118 Tokoh Muslim Genius Dunia. Jakarta : Restu Agung, 2006. Dasoeki, Thawil Akhyar, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam. Semarang : CV. Toha Putra Group, 1993. http://en.wikipedia.org http://id.wikipedia.org Mundiri, Drs. H., Logika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005. Syarif, M.M. M.A., Para Filosof Muslim (Terjemahan). Bandung : Penerbit Mizan, 1991.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AKHMAD ROWI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Tonitok