MAKALAH
FILSAFat
islaM
RELEVANSI
AGAMA DAN FILSAFAT
Disusun :
NAMA : LIA NASIKHATUL MAULA
SEMESTER : 3
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini yang merupakan tugas mata pelajaran filsafat islam
Penulis menyadari dalam makalah ini
masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari
isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian
semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya
bagi penulis sendiri. Amin.
Demak, 2012
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian filsafat islam ..................................................... 2
B.
Pengertian
agama ............................................................... 4
C.
Filsafat
dan Agama
............................................................ 6
D.
Hubungan
dan perbedaan filsafat dan agama
.................... 7
BAB III PENUTUP …………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….......... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut sejarah filsafat, istlah “philosophi” pertama
sekali dipergunakan sekolah Socrates, kemudian platomenamakan suatu ilmu
pengetahuantentang kegiatan jiwa manusia.
Guna memahami maksud dan tujuan serta lingkaran pembahasan
filsafat, maka tidak hanya diperlukan makna filsafat menurut bahasa(logat),
melainkan lebih dari pada itu diperlukan pengertian menurut istilah yang
diberikan oleh para ahli yang terkandung jauh lebih luas dibandingkan
dengan arti menurut arti bahasa.
Percakapan antara Herodates dan Thucydides (yunani)
membayangkan makna filsafat menurut alam pikiran yunani yakni sebagai berikut:
“perasaan cinta kepada ilmu kebijjaksanaan dengan keinginan untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu kebijaksanaan itu”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami perlu merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Apa
pengerian dari filsafat islam?
2.
Apa
pengertian agama?
3.
Apa perbedaan Agama dan filsawat?
4.
Bagaimana
perbedaan filsafat dan Agama?
C. Tujuan
Ø Memahami arti Ketuhanan
Ø Mengetahui
sifat-sifat Ketuhanan
Ø Menelaah Penciptaan Tuhan
Ø Memberikan keyakinan maupun keimanan
tentang Tuhan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sebelum
kita membahas tentang filsafat dan agama, ada baiknya kita behas terlebih
dahulu, pengertian filsafat dan agama.
Pengertian Filsafat
Filsafat
diambil dari bahasa Arab yaitu فلسفة ,
juga berasal dari bahasa Yunani berasal dari kata philosophia, kata
mejemuk yang terdiri dari kata Philosyang artinya suka aytau cinta,
dan kata Shopia yang artinya bijaksana. Dengan demikian,
secara etimologis kata filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.
Orangnya disebut Philosopher atau Failasuf. Filsafat
bila dilihat dari segi pengertian praktisnya adalah alam berfikir. Berfilsafat
artinya berfikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat
adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat juga diartikan
sebagai suatu pendirian hidup, dan juga disebut pandangan hidup.
Tentang
pengertian filsafat ada beberapa perbedaan tentang defenisinya oleh para ahli,
antara lain :
a. Plato, menurut ia filsafat
tidaklah lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
b. Aristoteles, menurutnya
filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metefisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
c. Marcum Tullius
Cicero, ia mengemukakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang ilmu yang
paling tinggi dan jalan untuk mencapai ilmu itu. Filsafat adalah induk dari
segala ilmu dunia, ilmu kepunyaan yang maha agung.
d. Epicuros, ia memandang
filsafat sebagai jalan untuk mencapai kepuasan dan kesenangan hidup. Ia berguna
dalam praktek di dunia. Filsafat membentuk pandangan dunia dan sikap hidup.
e. Kant, bagi kant filsafat
adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
f. Al-Kindi, sebagai ahli
filsafat pertama dalam Islam yang memberikan pengertian filsafat di kalangan
umat Islam. Ia membagi filsafat dalam tiga lapangan, yaitu :
o Ilmu fisika (ilmu at-Thibiyyat)
o Ilmu matematika
o Ilmu ketuhanan (ilmu Ar-Rububiyah).
Dari defenisi-defenisi di atas dapat di ambil pemahaman, antara lain :
a. Filsafat berarti berfikir,
jadi yang terpenting ialah proses dan hasil berfikir mendalam yang dilakukan
manusia untuk mencapai kebenaran.
b. Filsafat adalah menuntut
pengetahuan untuk memahami.
c. Filsafat banyak
berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
d. Filsafat diumpamakan air
telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya.
e. Ahli filsafat ingin
mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen walaupun argumennya
sendiri.
Ada beberapa ciri-ciri utama agar pemikiran itu dapat dikatakan
berfilsafat, antara lain :
1. Universal
Pemikiran yang luas dan
menyeluruh, tidak ada aspek tertentu saja.
2. Radikal
Pemikiran yang mendalam
dan mendasar hingga sampai kepada hasil yang fundamental dan esensial.
3. Sistematis
Suatu uraian yang
terperinci tentang sesuatu, menjelaskan mengapa sesuatu terjadi.
4. Kritis
Mempertanyakan segala
sesuatu termasuk hasil filsafat, tidak menerima begitu saja apa yang dilihat
sepintas, yang dikatakan dan dilakukan masyarakat.
1. Analisis
Mengulas dan mengkaji
secara rinci dan menyeluruh tentang sesuatu.
2. Evaluatif
Upaya sungguh-sungguh
dalam menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapinya.
3. Spekulatif
Upaya akal budi manusia
yang bersifat perekaan, penjelajahan dan pengandaian, tidak membatasi hanya
pada rekaman indera dan pengamatan ilmiah.
Ada
tiga (3) cabang Filsafat, yaitu :
Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:
Obyek material cabang
filsafat ini adalah eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat). Filsafat ini
terbagi dua, yaitu :
o Metafisika
umum (ontologi)
o Metafisika
khusus, terbagi menjadi tiga masalah pokok :
Antropologi (tentang
manusia)
Kosmologi (tentang alam
semesta)
teologi (tentang tuhan)
Filsafat tentang
pengetahuan (Epistimologi)
Obyek material filsafat
ini adalah pengetahuan ("episteme") dan kebenaran.
filsafat tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan
Obyek material filssfst
ini adalah kebaikan dan keindahan. Terbagi menjadi dua (2) :
o Etika
·
Estetika.
B. Pengertian Agama
Kata agama
berasal dari bahasa sansakerta yaitu a-gam-a, gam yang berarti
pergi atau berjalan. Kata jalan dengan makna yang sama kita juga temukan pada
peristilahan Islam, yaitu ; syariat, thariqah, shirathal. Agama memang tidak
mudah untuk diberi definisi karena agama mengambil berbagai bentuk yang
bermacam-macam. Walaupun di akui bahwa tak ada defenisi agama yang dapat
diterima secara universal, namun semua orang berkesimpulan bahwa sepanjang
sejarah, manusia telah menunjukkan rasa suci, dan agama termasuk di dalamnya.
Manusia mengagumi, menakuti dan menyembah yang suci dengan berbagai cara.
Kata agama
dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala
dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat,
kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan,
cahaya, kehidupan hakiki, amar ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji,
menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal. Agama ialah
suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya
sesuai tata ketentuan yang telah ditetapkan.
Dari uraian di
atas kita sudah menemukan empat buah unsur paling universal dari agama, yaitu :
Adanya keyakinan atas yang
suci (sakral), sesuatu yang diluar kemampuan manusia.
Adanya aktivitas akibat
hubungan manusia dengan dzat yang suci, berupa kewajiban ataupun pribadatan.
Adanya doktrin tentang
Yang Suci dan tentang hubungan tersebut.
Adanya sikap yang
ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut.
Agama merupakan kebutuhan
yang esensial manusia dan bahkan bersifat universal. Tetapi sesungguhnya makna
paling hakiki agama adalah kesadaran spritual yang di dalamnya ada satu
kenyataan di luar kenyataan yang tampak, yaitu bahwa manusia selalu mengharap
belas kasih-Nya, bimbingan-Nya, serta perlindungan-Nya yang secara ontologis
tidak bisa dipunkiri walaupun manusia yang paling komunis sekalipun. Ada
beberapa masalah yang berhubungan dengan agama, yaitu :
Agama berasal dari Wahyu
Tuhan.
Agama berarti
mengabdikan diri, jadi yang terpenting ialah hidup secara beragama
sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Agama menuntut pengetahuan
untuk beribadah yang merupakan pondasi hubungan manusia dengan Tuhan.
Agama banyak berhubungan
dengan hati.
Agama oleh pemeluknya akan
dipertahankan dengan habis-habisan sebab mereka telah terikat dan mengabdikan
diri.
Agama di samping memenuhi
para pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai
efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
Kepercayaan
tidak harus melalui pemikiran dan pengetahuan. Jadi agama hanyalah sekedar
keyakinan dan kepercayaan saja. Akan tetapi bagi yang sangat menjiwai agama itu
sendiri adalah keyakinan dan kepercayaan yang disertai dengan akal, pemikiran,
penjelasan den pembuktian, sangat penting dan diperlukan. walaupun demikian,
banyak orang yang pintar tentang kepercayaan, ahli teologi misalnya, tetapi
tidak beragama. Sebaliknya ada orang yang malah tidak bisa menjelaskan
kepercayaan agamanya, tetapi di anggap religius.
Religi
juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang berhubungan dengan alam
semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir hakikat dari semua
itu. Religi mencari makna dan nilai yang berbeda-beda sama sekali dari segala
sesuatu yang dikenal. Karena itulah religi tidak berhubungan dengan yang kudus.
Yang kudus itu belum tentu Tuhan atau dewa-dewa. Dengan demikian banyak sekali
kepercayaan yang biasanya disebut religi, pada hal sebenarnya belum pantas
disebut religi karena hubungan antara manusia dan yang kudus itu belum jelas.
Religi-religi yang bersahaja dan Budhisma dalam bentuk awalnya misalnya
menganggap Yang kudus itu bukan Tuhan atau dewa-dewa. Dalam religi betapa pun
bentuk dan sifatnya selalu ada penghayatan yang berhubungan dengan Yang Kudus.
Manusia
mengakui adanya ketergantungan kepada Yang Mutlak atau Yang Kudus yang
dihayati sebagai kontrol bagi manusia. Untuk mendapatkan
pertolongan dari Yang Mutlak itu manusia secara bersama-sama
men-jalankan ajaran tertentu. Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan
Yang Kudus. Dalam hal ini yang kudus itu terdiri atas ber-bagai kemungkinan,
yaitu bisa berbentuk benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk pribadi manusia.
Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan
pengertian agama. Kata din dengan akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan
dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-Quran menyebut kata din ada menunjukkan
arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan
dengan utang.
Dalam
tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam tingkatan, martabat
atau kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan
disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama yang
mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan
untuk memberikan bantuan dan bagi manusia. Kata din dengan arti hari
kiamat juga milik Tuhan dan manusia tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia
merasa takut terhadap hari kiamat sebagai milik Tuhan karena pada
waktu itu dijanji-kan azab yang pedih bagi orang yang berdosa.
Adapun
orang beriman merasa segan dan juga menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan
Allah pada hari kiamat itu. Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak
pertama sebagai yang berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai
yang berutang, bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang berpiutang.
Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat harapan supaya utangnya
dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar, walaupun harapan itu jarang sekali terjadi.
Dalam Islam manusia berutang kepada Tuhan berupa kewajiban melaksanakan ajaran
agama.
C. Filsafat dan Agama
Agama
dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah
agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama
sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang
pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti
perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang
abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin
ini. Filasafat adalah sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil dari
berfikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang
dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan disiplin) dan bebas.
Ada
beberapa permasalah dalam filsafat dan agama, baik dari segi hubungan atau
persamaannya (titik temu), juga dari segi perbedaannya.
D.
Hubungan dan perbedaan Filsafat dengan Agama
Abu
Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat
dan syariat senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat
terus sejalan, sesuai, dan harmonis". Ahmad bin Sahl Balkhi yang dipanggil
Abu Yazid, dilahirkan pada tahun 236 Hijriah di desa Syamistiyan. Ketika baligh
ia berangkat ke Baghdad dan mendalami Filsafat dan ilmu Kalam (teologi). Di
samping ia berusaha memadukan syariat dan filsafat, ia juga meneliti
agama-agama berbeda lalu ditulis dalam kitabnya yang dinamai Syarâyi' al-Adyân
dan beberapa kitab lainnya.
Menurut
Prof. Nasroen, S.H, ia mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah
berdasarkan kepada agama. Malahan filsafat yang sejati itu terkandung dalam
agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan kepada agama dan filsafat hanya
semata-mata berdasarkan akal dan pemikiran saja, maka filsafat tidak akan
memuat kebenaran obyektif , karena yang memberikan pandangan dan keputusan
hanyalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran ituterbatas, sehingga
filsafat yang hanya berdasarkan kepada akal pikiran semata tidak akan sanggup
memberikan kepuasan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahamannya terhadap yang
gaib.
Sebagian
pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat
terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa
persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan
"tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat.
Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena
filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan
filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan,
kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Di
samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum
eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam,
dan semua ini yang hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. Jika agama
membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan
segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat.
Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian
dan pengkajian filsafat.
Dengan
demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu
faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat
untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan
rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas
pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Walaupun
hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama,
tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan
berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan
keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi
keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang
mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap
rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
Antara
kebenaran ilmu dan filsafat bersifat nisbi (relatif) karena ilmu pengetahuan
terbatas pada objek, subjek dan metodologinya. Dan filsafat bersifat spekulatif
yang juga tergantung pada dugaan para filsuf masing-masing tetapi tidak semua
permasalahan bisa dijawab oleh agama. Abul Hasan 'Amiri, salah
seorang murid Abu Yazid Balkhi, adalah seorang filosof terkenal yang juga
berupaya membangun keharmonisan antara agama dan filsafat. Ia memandang bahwa
filsafat itu lahir dari argumentasi akal-pikiran dan dalam hal ini, akal
mustahil melanggar perintah-perintah Tuhan.
Abul
Hasan 'Amiri menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala
sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan
akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam
meliputi dan mengatur alam ini, akal juga mencakup alam jiwa dan berwenang
mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat
segala sesuatu. Cakupan kodrat adalah satu cakupan dimana Tuhan memberikan
kepada suatu makhluk apa-apa yang layak untuknya. Dengan ini, dapat kesimpulan
bahwa alam natural secara esensial berada dalam ruang lingkup hukum materi dan
hukum materi juga secara substansial mengikuti jiwa, dan jiwa berada di bawah
urusan akal yang membawa pesan-pesan Tuhan." Dapat disimpulkan bahwa
hubungan filsafat dan agama, mencakup :
Filsafat menjelaskan makna
wahyu Tuhan sampai mendekati makna yang sesungguhnya.
Mensistematisasikan,
membetulkan dan memastikan ajaran agama yang berdasarkan wahyu.
filsafat dapat membantu
agama dalam menghadapi masalah-masalah baru.
Adapun perbedaan antara
filsafat dan agama antara lain :
penyelidikan agama dengan
filsafat di dasarkan atas wahyu Allah, sedangkan filsafat kepada hasil
pemikiran.
Kebenaran agama tergantung
kepada kebenaran kepercayaan atas wahyu yang bersifat absolut, sedangkan
filsafat kebenaran atas penyelidikan sendiri sebagai hasil pemikiran belaka
jadi bersifat relatif dan terbatas.
Agama sebagai obyek
pemikiran dikaji oleh filsafat, karena itu adalah filsafat agama, dan dalam
memahami ajaran agama akan lahir pemikiran tentang agama.
Agama memberikan pengetahuan
yang lebih tinggi dari filsafat, karena pengetahuan yang tak ttercapai oleh
pemikiran biasa karena demikian tingginya hal itu hanya dapat diketahui dengan
wahyu.
BAB III
PENUTUP
Apa yang
dikemukakan para peneliti terhadap pemikiran filsafat Islam tersebut nampak
selalu menyajikan tokoh yang dari satu sisi ada tokoh yang bersamaan diteliti,
dan ada pula tokoh yang tidak diangkat oleh peneliti yang satu, namun oleh
peneliti lainnya diangkat. Kita tidak tahu persis mengapa hal itu bisa terjadi.
Apakah karena keterbatasan sumber rujukan yang dimiliki masing masing atau
karena maksud lainnya yang disebabkan karena peneliti tersebut kurang tertarik atau
tidak sejalan dengan tokoh filosof yang ditelitinya.
Dewasa ini
setahap demi setahap pemikiran filsafat islam atau berfikir secara filosofis
sudah mulai diterima masyarakat. Berbagai kajian di bidang keagamaan
selalu dilihat dari segi pemikiran filosofisnya, sehingga makna subtansial,
hakikat, inti, dan pesan spiritual dari setiap ajaran keagamaan tersebut dapat
ditangkap dan dihayati dengan baik. Tanpa bantuan filsafat, masyarakat
cenderung terjebak kedalam bentuk ritualistik semata mata tanpa tahu apa
pesan filosofis yang terkandung dalam ajaran tersebut. Filsafat juga semakin
diperlukan dalam situasi yang semakin memadu dan menyatu antara satu bidang
pengetahuan dengan pengetahuan lainnya.
Filsafat
islam itu sendiri sangat banyak sekali diadopsi oleh filasafat yunani (barat)
sehingga kebanyakan orang-orang islam itu sendirilah yang cenderung lebih
bersifat menerima akan doktrin-doktrin Al-Qur’an dan Al-Hadits. Medote
Diakronislah yang kami pakai dalam makalah ini, dengan membandingkan
antara filsafat islam dan filsafat yunani. Kemudian kami mengasumsikan bahwa
ternyata akan ada studi komparasi dari kesemuaan itu.
DAFTAR PUSTAKA
- Dr. Nur Ahmad fadhil
Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, Medan : IAIN Press, 2001.
Hal 57
- Dikutip dari
www.wisdoms4all.com/Indonesia
- Prof. Dr. Juhaya S.
Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada
Media, 2003. Hal 1-2
- Drs. Usiono, M.A, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2006. Hal 39-40
- Sidi Gazalba, Sistematika
Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Hal 16-18
- Drs. Usiono, M.A, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2006. Hal 65
- Dr. Nur Ahmad fadhil
Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, Medan : IAIN Press, 2001.
Hal 12-13
- Dr. Nur Ahmad fadhil
Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, Medan : IAIN Press, 2001.
Hal 57-58
- Sidi Gazalba, Sistematika
Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Hal 67-68
- Usiono, M.A, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2006. Hal 65-66
- ] Dr. Nur Ahmad fadhil
Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, Medan : IAIN Press, 2001.
Hal 58-59
- Sidi Gazalba, Ilmu
Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Jakarta : Bulan Bintang,
1978. Hal 101
- Sidi Gazalba, Sistematika
Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Hal
- http://free-makalah.blogspot.com/2010/07/hubungan-filsafat-dan-agama.html
- Drs. H. Ahmad Syadali,
M.A, & Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka
Setia, 1999. Hal 37-38
Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta
: Hijri Pustaka Utama, 2006. Hal
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !