PENGARUH PERADABAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN SEJAK ABAD PERTAMA HINGGA ABAD
MODERN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Akhmad Rowi, M. H.
Oleh:
SULIS VERIA MASLAKAH
C.1.4.12.0029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah
menjadi sunatullah bagi manusia sebagai hamba Allah dimuka bumi yang memiliki
sifat-sifat kelebihan dan kekurangan, tidak hanya terjadi terhadap manusia saja
bahkan kepada makhluk yang lain pun seperti itu. Islam sebagai agama Tuhan yang
diturunkan kemuka bumi lewat orang-orang yang dipercaya keshalihannya oleh
Tuhan untuk disebarkan di muka bumi dengan tujuan supaya manusia kembali
kefitrahnya sebagai makhluk yang menghamba kepadaNya.
Islam
pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sangat menarik dan
santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2),
ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami
perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang
arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin
dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara.
Sedangkan
ketika dinasti abbasiyah maju sebagai pimpinan, Islam mengalami
kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan teknologi yang diambilkan dari
al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang
dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah beberapa abad lamanya Islam
mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan pindah ke negeri barat.
Dalam
garis besarnya sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode besar:
1. Periode klasik (650-1250 M) yang terdiri dari dua fase :
- Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M)
- Fase disintegrasi (1000-1250 M)
2. Periode pertengahan (1250-1800 M) dibagi ke dalam dua fase :
- Fase kemunduran (1250-1500 M)
- Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M)
3. Periode modern (1800-seterusnya)
1. Periode klasik (650-1250 M) yang terdiri dari dua fase :
- Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M)
- Fase disintegrasi (1000-1250 M)
2. Periode pertengahan (1250-1800 M) dibagi ke dalam dua fase :
- Fase kemunduran (1250-1500 M)
- Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M)
3. Periode modern (1800-seterusnya)
Ada
periodisasi yang dikemukakan oleh Marshall Hodgson, yang dikutip oleh Syafiq A.
Mughni. Ia membagi sejarah Islam ke dalam tiga masa :
1. Klasik (abad ke 7-10)
2. Pertengahan (abad ke 10-15)
3. Modern (abad ke 16-20)
1. Klasik (abad ke 7-10)
2. Pertengahan (abad ke 10-15)
3. Modern (abad ke 16-20)
B.
RUMUSAN MASALAH
Penulis akan lebih spesifik dalam
mengeksplorasi kemajuan dan kemunduran islam yang digambarkan sepintas diatas
pada periode klasik (650-1000 M), dan periode pertengahan (1250-1500 M) sebagai
fase kemunduran.
1. Bagaimanakah proses masa kemajuan islam ?
2. Bagaimanakah faktor – faktor kemajuan
islam ?
3. Bagaimanakah fase kemunduran islam di
beberapa negara ?
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M)
Ada
beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri khalifah Abbasiyah
dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan penataan internal
dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota baru, menata
sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem organisasi
militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan memberangus dominasi
Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme
serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata
pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan
internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana
kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi pada masa Al-Mansur, al Mahdi,
al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim al Wathiq serta al Mutawakkil.
Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga diadopsi beberapa khalifah
Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia.
Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada
masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab.
Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di
bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang
Turki dan Persia.
Pembentukan
ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, administrasi dan
meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur memilih Baghdad sebagai Ibu kota,
tempat tersubur di Iraq yang memperoleh pengairan dari sungai Tigris dan
Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani Umayyah ibukota pemerintahan berpusat
di Damaskus. Pada perkembangannya kota Baghdad menjadi kota bercorak
kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama dan profesi. Selain itu
Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Pada
paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur, Dinasti Abbasiyah melakukan
perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas penuh khalifah menjadi tugas
seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala – kepala departemen. Beberapa
departemen dibawah wazir masing – masing adalah ; Departemen keuangan,
Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun urusan sekretriat negara
dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ; Sekretaris Urusan Surat
Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan Tentara, dan Sekretaris
Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi wazir adalah Khalid bin
Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan
lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al-
Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama yang mengumandangkan perang melawan
Bizantium, memulai serangan dan sukses brilian. Pada 782 pasukan Arab, mencapai
Bosporus dan memaksa Ratu Irene berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90
ribu dinar. Selama ekspedisi inilah harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga
ayahnya memberi gelar al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi
saudaranya. Kemudian Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia
Kecil, Heraklea, dan Tyna.
Dinasti Abbasiyah
terus berupaya memajukan Islam dengan membangun hubungan internasional pada
masa Harun al-Rasyid. Diantaranya menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari
hubungan ini Harun berkepentingan untuk menghadapi saingannya,Bani Umayyah, di
Spanyol. Menurut Richard Coke sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan
Abbasiyah disegani di dalam maupun di luar negeri.
FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN ISLAM
Semua
capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi faktor awal berkembangannya
Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor Yang Mendorong Kebangkitan
Filsafat Dan Sains yang lain adalah :
1.
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.
2.
Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
3. Stabilitas
Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.
4. Gerakan
Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip
yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac-Bahasa Ilmu
pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
5. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
5. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi
di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang
dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu
Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang hokum. Dalam bidang
teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti
Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i. sedangkan dalam
tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj.
Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih. Dalam
bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi
dan al-Razi.
B.
MASA KEMUNDURAN ISLAM (1250-1500 M)
a. Kemunduran Islam di Bagdad
Masa-masa kemajuan dunia islam yang
telah berjalan beberapa abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan
merambah jauh ke berbagai belahan dunia non muslim pada akhirnya juga mengalami
masa-masa kemundurannya. Berbagai macam krisis yang sangat komplek sekali telah
menerpa dunia islam. Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa
mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi merupakan juga awal
kemunduran peradaban islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula
lenyap dibumihanguskan oleh pasukan mongol yang di pimpin Hulagu Khan.
Bagdad yang terkenal sebagai pusat
kebudayaan dan pengetahuan islam, pada tahun 1258 M mendapat serbuan tentara
mongol. Tentara mongol menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Bagdad bersih
dari permukaan bumi. Dihancurkan segala pusaka dan peradaban yang telah dibuat
beratus-ratus tahun lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli
ilmu pengetahuan bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam sungai dajlah,
sehingga berubah warna airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri
beserta keluarganya dimusnahkan sehingga terputuslah keturunan abbasiyyah dan
hancurlah kerajaannya yang telah lama bertahta selama 500 tahun.
b. Kemunduran Islam di Andalusia (Spanyol)
b. Kemunduran Islam di Andalusia (Spanyol)
Pada tanggal 19 juli 711 M atas
permintaan putra witiza yang kalah saingan dengan raja Roderick dalam
memperebutkan kekuasaan di wilayah Andalusia gubernur afrika utara, Musa bin
Nusair mengutus Thariq bin Ziyad untuk berangkat ke Andalusia untuk membebaskan
rakyat dari tekanan raja Roderick. Thariq membawa 7.000 pasukan yang sebagian
terdiri dari orang-orang barbar. Sedangkan raja Roderick membawa 25.000 orang
tetapi pasukan sebesar ini bisa dikalahkan oleh kaum muslimin yang bekerjasama
dengan rakyat Ghatic untuk menggulingkan kekuasaan Roderick.
Setelah mengalahkan Roderick disusul
dengan daerah daerah yang lainnya tanpa ada perlawanan yang berarti. Sehingga
wilayah Andalusia seluruhnya telah dikuasai oleh orang-orang muslim. Dibawah
pimpinan Thariq rakyat saling berdampingan baik muslim atau non muslim, arab
atau non arab, merdeka atau budak sehingga dalam pemerintahannya mengalami
kemajuan yang sangat pesat.
Ketika Bagdad dihancurkan oleh tentara mongol yang dipimpin Hulagu Khan (anak Jenghiz Khan), sebanarnya Umayah di Andalusia juga sedang mengalami sebuah krisis pemerintahan dimana kekuasaan Islam sudah banyak yang terlepas karena mengalami berbagai macam faktor diantaranya mendapatkan serangan dari tentara-tentara kaum Kristen yang tidak rela tanahnya diduduki oleh pendatang. Satu demi satu wilayah kekuasaan islam berhasil direbut kembali oleh kaum kristiani, kota Toledo yang menjadi pusat peradaban islam terbesar di eropa berhasil direbut oleh Alfonso VI dan Castilia pada tahun 1085, Alfonso VIII pada tahun 1212 berhasil merebut navas de Tolosa dan Andalusia. Pada tahun 1236 M Cordova jatuh ke tangan Ferdinan III dari Castilia, dan pada tahun 1492 M kota Granada yang menjadi satu-satunya kota yang tersisa di tangan bani Umayah jatuh ke tangan raja Ferdinand dari Aragon yang beraliansi dengan ratu Isabella dari Castilia.
Ketika Bagdad dihancurkan oleh tentara mongol yang dipimpin Hulagu Khan (anak Jenghiz Khan), sebanarnya Umayah di Andalusia juga sedang mengalami sebuah krisis pemerintahan dimana kekuasaan Islam sudah banyak yang terlepas karena mengalami berbagai macam faktor diantaranya mendapatkan serangan dari tentara-tentara kaum Kristen yang tidak rela tanahnya diduduki oleh pendatang. Satu demi satu wilayah kekuasaan islam berhasil direbut kembali oleh kaum kristiani, kota Toledo yang menjadi pusat peradaban islam terbesar di eropa berhasil direbut oleh Alfonso VI dan Castilia pada tahun 1085, Alfonso VIII pada tahun 1212 berhasil merebut navas de Tolosa dan Andalusia. Pada tahun 1236 M Cordova jatuh ke tangan Ferdinan III dari Castilia, dan pada tahun 1492 M kota Granada yang menjadi satu-satunya kota yang tersisa di tangan bani Umayah jatuh ke tangan raja Ferdinand dari Aragon yang beraliansi dengan ratu Isabella dari Castilia.
Satu tahun (1493) setelah kemenangan
tersebut dalam rangka untuk menghilangkan symbol-simbol atau jejak-jejak Islam
maka mereka menyapu bersih kaum muslimin dengan cara dipaksa, Masjid-masjid
disulap menjadi gereja-gereja dan kebudayaan-kebudayaan islam yang tak ternilai
harganya dihancurkan dengan rasa gembira.
c. Kemunduran Islam di Mongol
c. Kemunduran Islam di Mongol
Bangsa mongol berasal dari daerah
pegungungan Mongolia yang membentang dari asia tengah sampai Siberia utara,
Tibert selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar Tatar dan Mongol. Kedua
putra ini melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tatar. Mongol mempunyai
anak beranam Ilkhan yang melahirkan keturunan pimpinan bangsa Mongol di
kemudian hari.
Mereka adalah kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pedalaman penduduk dan nomadic. Mereka adalah para pengembala yang hidup di dataran luas di daratan yang luas. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai penggembala dan pemburu, sebagaimana orang nomad mereka memiliki karankter kasar, suka berperang, kejam.
Mereka adalah kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pedalaman penduduk dan nomadic. Mereka adalah para pengembala yang hidup di dataran luas di daratan yang luas. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai penggembala dan pemburu, sebagaimana orang nomad mereka memiliki karankter kasar, suka berperang, kejam.
Mayoritas mereka adalah para
penyembah berhala dan penyembah kekuatan-kekuatan ghaib seperti jin dan setan.
Bangsa Mongol mengalami kemajuan ketika di pimpin oleh Timujin yang bergelar
Jenghis Khan (Raja yang perkasa). Ketika dia memimpin bangsa Mongol banyak
daerah yang ditaklukannya seperti Cina, dan negeri-negeri Islam lainnya.
Pada saat kondisi fisiknya mulai
lemah, Jenghiskan mulai menyerahkan kepemimpinannya kepada anaknya yang bernama
Hulagu Khan. Ia berhasil mengalahkan pemerintahan abbasyiah yang dipimpin
al-Mu’tashim dan menghacurkan peradaban dunia islam. Walaupun sudah
dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Bagdad selam dua tahun,
sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir, tetapi mereka di Mesir
dikalahkan oleh pasukan mamalik dalam perang ‘ain jalut pada tanggal 3
september 1260.
Bagdad dan daerah-daerah yang
ditaklukan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah
gelar ayang diberikan kepada Hulagu Khan. Ilkhan berarti Khan yang Agung.
Selajutnya gelar tersebut diwarisi oleh para keturunannya. Keturunan dari
Hulagu Khan yang beragama islam adalah Ahmad Taguder, tapi beliau mati ditangan
para pembesar kerajaan yang lain. Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304),
raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya pemeluk agama islam, dengan
masuknya beliau, islam mengalami kemenangan yang sangat besar terhadap agama
syamanisme.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya,
Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu
pengetahuan dan sastra. Ia amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan
ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia minerologi, metalurti dan
botani. Ia membangun semacam biara untuk para darwi, perguruan tinggi madzhab
Syafi’I dan hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium dan gedung-gedung umum
lainnya. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1334 M), terjadi kelaparan yang
sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan mala
petaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh hulagu khan terpecah-pecah setelah pemerintahan Abu Sa’id kerajaan pecahan-pecahan tersebut ditaklukan oleh timur lenk. Penguasa islam yang terakhir dari keturunan Mongol adalah timur lenk yang berarti timur si pincang, berbeda dengan penguasa-penguasa islam lainya bahwa timur lenk sejak kecil sudah masuk islam. Sejak remaja dia sudah kelihatan keberaniannya sehingga ketika tanah kelahirannya diserbu oleh pasukan Tughluq timur khan, Timur lenk bangkit meminpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Ketika Timur lenk menjadi penguasa tunggal di tanah kelahirannya, ia mulai melakukan invasi-invasi ke wilayah-wilayah lain.
Di Afganistan ia membangun menara, yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan tanah liat. Di Isfahan, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala mayat dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah syiria utara. Tiga hari lamanya aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat pyramid setinggi 10 hasta banyak bangunan dan sekolah dihancurkan.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh hulagu khan terpecah-pecah setelah pemerintahan Abu Sa’id kerajaan pecahan-pecahan tersebut ditaklukan oleh timur lenk. Penguasa islam yang terakhir dari keturunan Mongol adalah timur lenk yang berarti timur si pincang, berbeda dengan penguasa-penguasa islam lainya bahwa timur lenk sejak kecil sudah masuk islam. Sejak remaja dia sudah kelihatan keberaniannya sehingga ketika tanah kelahirannya diserbu oleh pasukan Tughluq timur khan, Timur lenk bangkit meminpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Ketika Timur lenk menjadi penguasa tunggal di tanah kelahirannya, ia mulai melakukan invasi-invasi ke wilayah-wilayah lain.
Di Afganistan ia membangun menara, yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan tanah liat. Di Isfahan, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala mayat dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah syiria utara. Tiga hari lamanya aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat pyramid setinggi 10 hasta banyak bangunan dan sekolah dihancurkan.
Sekalipun ia seorang penguasa yang
sangat kejam terhadap penentangnya, sebagai seorang muslim ia tetap
memperhatikan pengembangan islam. Konon, ia adalah penganut syiah yang taat dan
menyukai tasawuf tarekat naqsyabandiyah. Dalam invasi-invasi ia selalu membawa ulama,
sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuan di hormatinya, dan yang menjadi heran
adalah setiap pembantaian di wilayah-wilayah yang dikuasainya ia tidak
membantai para ulama dan ilmuan bahkan ia membawa para ulama dan ilmuan
tersebut ke negerinya.
Setelah kematian timur lenk pada
tahun 1404. Kekuasaannya digantikan oleh anaknya yang bernama Syah Rukh (1404),
ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh
anaknya Ulugh Bey, ia seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Selama dua
tahun memerintah ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, abul latif.
Kerajaan timur lenk dan keturunannya berakhir ditangan abu sa’id, dimana ketika
ia memerintah banyak wilayah-wilayah yang ditaklukannya memisahkan diri dan
banyak huru-hara di sana-sini. Abu said sendiri terbunuh ketika berperang
melawan Uzun Hasan, pengusa Ak Koyunlu.
d. Kemunduran Islam di Mesir
d. Kemunduran Islam di Mesir
Satu-satunya negeri islam yang
selamat dari serbuan-serbuan tentara mongol dan timur lenk, adalah Mesir.
Mongol dan timur lenk tidak mampu mengalah kan negeri mesir Karena di sana
terdapat dinasti Mamalik. Mamalik adalah jamak dari mamluk yang berarti budak.
Dinasti mamlik memang didirikan oleh para budak. Pada awalnya para budak
tersebut dibebaskan dan dijadikan tentara persisnya menjadi bodyguard
(pengawal) para raja pada masa pemerintahan ayyubiyah karena prestasi yang
diraihnya sangat besar maka para raja banyak mengambil para budak sebagai
tentara.
Penguasa ayyubiyah yang terakhir
al-Malik al-shalih meninggal (1249), kemudian digantikan oleh anaknya bernama
Turansyah. Golongan mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada
tentara kurdi, sehingga para mamalik merencanakan pembunuhan kepada Turansyah
dibawah pimpinan Aybak dan Baybars, keduanya berhasil membunuh Turansyah. Atas
kesepakatan mamalik, istrinya (Syajar al-Durr) al-Malik menjadi raja
menggantikan Turansyah selama 80 hari, kemudian ia menikah dengan aybak dan
menyerahkan tampuk kepemimpinanya kepada suaminya.
Dinasti mamalik mengalami
perkembangan yang sangat pesat ketika dipimpin oleh baybars, ia seorang
pimpinan militer yang tangguh dan cerdas. Pada masa ini banyak para ilmuan yang
muncul baik ilmu pasti, umum ataupun agama. Diantra para ilmuan tersebut, Ibn
Khaldun, Ibn Hajr al-Asqalani, Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah.
Kemunduran dinasti mamalik disebabkan
karena para sultan tidak lagi memperhatikan kesejahtraan rakyatnya mereka lebih
mementingkan dirinya sendiri, menerapkan pajak yang sangat memberatkan rakyat.
FENOMENA (al-z}awa>hir) ZAMAN KEMUNDURAN
FENOMENA (al-z}awa>hir) ZAMAN KEMUNDURAN
Ada beberapa fenomena yang terjadi pada
masa kemunduran :
1. Epidemi (penyakit)
2. Kerusakan ekonomi terutama dalam bidang pertanian yang disebabkan oleh Mongol itu sendiri.
3. Tingkat originalitas keilmuan sangat sedikit
4. Pengaruh tarekat
FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN ISLAM
1. Epidemi (penyakit)
2. Kerusakan ekonomi terutama dalam bidang pertanian yang disebabkan oleh Mongol itu sendiri.
3. Tingkat originalitas keilmuan sangat sedikit
4. Pengaruh tarekat
FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN ISLAM
Kemajuan-kemajaun
yang telah berabad-abad lamanya dibangun, runtuh begitu mudahnya disebabkan
oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab.
Factor kemunduran
islam terbagi kepada dua factor :
1. Faktor internal
· Keruntuhan islam sering disebabkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggungjawab.
· Pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengincar kekuasaan.
· Kemungkinan terjadinya desentralisasi dan pembagian kekuasaan didaerah-daerah.
· Menerapkan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang dibebankan kepada semua rakyat, tak terkecuali.
· Garis perpecahan antara arab dan non arab, muslim arab dan muslim non arab, antara muslim dengan kaum dzimmi.
· Menurunnya stabilitas keamanan dan bangunan yang tidak terperhatikan sehingga sering terjadi banjir yang membawa malapetaka.
· Banyaknya orang kelaparan yang tidak diperhatikan
· Wabah penyakit sering muncul seperti cacar, pes, malaria dan sejenis demam lainnya.
· Serangan al-Ghazali (w. 1111) terhadap para filosuf dan ilmuwan, yang menyerang rasionalisme dan mengajukan tasawuf sebagai alternative yang paling mungkin untuk menjadi jalan hidup dan penemuan kebenaran agama. Al-Ghazali sangat berpengaruh di dunia Islam, sunni khususnya, sehingga mengakibatkan minat orang terhadap falsafah dan ilmu pengetahuan menjadi lemah.
2. Factor eksternal
Penyebab eksternal sebagaimana berikut :
· Pengaruh negative dari aliran-aliran alam pikiran Islam periode sebelumnya
· Pengaruh perang bumi hangus yang dilancarkan oleh bangsa Tartar dari Timur dan serangan Tentara Salib Nasrani dari Barat.
· Keruntuhan islam sering disebabkan oleh para pemimpin yang tidak bertanggungjawab.
· Pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengincar kekuasaan.
· Kemungkinan terjadinya desentralisasi dan pembagian kekuasaan didaerah-daerah.
· Menerapkan pajak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang dibebankan kepada semua rakyat, tak terkecuali.
· Garis perpecahan antara arab dan non arab, muslim arab dan muslim non arab, antara muslim dengan kaum dzimmi.
· Menurunnya stabilitas keamanan dan bangunan yang tidak terperhatikan sehingga sering terjadi banjir yang membawa malapetaka.
· Banyaknya orang kelaparan yang tidak diperhatikan
· Wabah penyakit sering muncul seperti cacar, pes, malaria dan sejenis demam lainnya.
· Serangan al-Ghazali (w. 1111) terhadap para filosuf dan ilmuwan, yang menyerang rasionalisme dan mengajukan tasawuf sebagai alternative yang paling mungkin untuk menjadi jalan hidup dan penemuan kebenaran agama. Al-Ghazali sangat berpengaruh di dunia Islam, sunni khususnya, sehingga mengakibatkan minat orang terhadap falsafah dan ilmu pengetahuan menjadi lemah.
2. Factor eksternal
Penyebab eksternal sebagaimana berikut :
· Pengaruh negative dari aliran-aliran alam pikiran Islam periode sebelumnya
· Pengaruh perang bumi hangus yang dilancarkan oleh bangsa Tartar dari Timur dan serangan Tentara Salib Nasrani dari Barat.
KESIMPULAN
Dari gambaran
diatas penulis dapat mengambil sebuah konklusi bahwa :
1. Kemajuan
pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan perkembangan peradaban dan
kebudayaan yang ada. Masa kemajuan kita kenal dengan masa keemasan yang
puncaknya terjadi pada dinasti abbasiyah (650-1000 M).
2. Beberapa factor
yang mendorong kemajuan Islam, yaitu : terjdinya asimilasi antara bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan, pluralistic dalam pemerintahan dan politik, stabilitas pertumbuhan
ekonomi dan politik, gerakan penterjemahan dan berdirinya
perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu
pengetahuan.
3. Islam bagaikan
roda berputar, adakalanya dibawah dan adakalanya diatas, begitu pula yang
terjadi pada perkembangan Islam. Ada kemajuan pasti ada kemunduran. Tetapi
kemajuan ini telah dihancurkan oleh orang Islam sendiri dengan prilakunya yang
tidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Seorang pembaharu islam dari mesir
mengatakan “isla>m mahju>bun li al-muslim” (islam itu tertutupi oleh
orang islam sendiri). Masa kemunduran (1250-1500 M) terkait dengan bangsa Mongol
dan dinasti Ilkhan, serangan Timur lenk dan dinasti Mamalik di Mesir.
4. Adapun
factor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah adanya factor internal
dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap merosotnya ilmu pengetahuan
yang sudah berkembang pesat pada masa Abbasiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Mohammad
Athiyah. 1974. Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, terjemahan Bustani A. Gani dan
Johar Bahry dengan judul “Dasar-Dasar Pendidikan Islam”. Jakarta: Bulan
Bintang.
Al-Baihaqi, Abu Bakar
Ahmad ibn Al-Husayn. 1994. Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra. Mekkah: Dar
Al-Baz.
Al-Faruqi, Ismail
Raj’i. 1982. Tawhid, terjemahan Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka.
Al-Khudary, Muhammad
ibn ‘Afifi. 2004. Nur Al-Yaqin fi Sirat Sayyid Al-Mursalin. Beirut: Dar
Al-Ma’rifah.
Al-Sirjany, Raghib.
2009. Madza Qaddama Al-Muslimun li
Al-‘Alam: Ishamat Al-Muslimin fi Al-Hadlorat Al-Insaniyyah. Kairo:
Muassasah Iqra’.
Bakri,Syamsul. 2011. Peta
Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press.
Donohue, John J. 1995. Islam
dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-Masalah, terjemahan. Jakarta: Raja
Grafindo Press.
Gaudah, Muhammad
Gharib. 2012. 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, terjemahan
Muhyiddin Mas Rida. Jakarta: Pustaka A-Kautsar.
Khaldun, Abdur Rahman
Ibn. t.t. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Al-Kotoob Al-Ilmiyyah.
Khaleel, Shwaki Abu.
1991. Islam on the Trial. Beirut: Dar Al-Fikr.
Nasution, Harun. 1985. Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.
Schroeeder, Ralph.
1992. Max Weber and The Sociology of Culture. London: Sage.
Shihab, M. Quraish.
2013. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan.
Sulaiman, Umar. 2012. Islam
Kosmopolitan: Ikhtiar Pembumian Nilai-Nilai Transenden-Humanis di Ruang Publik.
Yogyakarta: Freshbooks.
Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Turner, Bryan S. 2005. Menggugat
Sosiologi Sekuler, terjemahan Mudhofir. Yogyakarta: Suluh Press.
akhmadrowi.blogspot.com.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !