Headlines News :
.
Home » , , , » INTERAKSI PERADABAN ISLAM DENGAN PERADABAN MODERN (Ika Mudrikah-FAI Unisfat 2015)

INTERAKSI PERADABAN ISLAM DENGAN PERADABAN MODERN (Ika Mudrikah-FAI Unisfat 2015)

Written By Unknown on Kamis, 30 April 2015 | 19.51

www.akhmadrowi.blogspot.com

INTERAKSI PERADABAN ISLAM
DENGAN
PERADABAN MODERN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PENGAMPU : DRS. H. AHMAD ROWI MH.
SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2014/2015



http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2014/01/1389607638580127062.gif



DISUSUN OLEH :
NAMA : IKA MUDRIKA
NIM    : C.1.4.12.0009




 



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATTAH DEMAK
TAHUN 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
umat Islam secara terang-terangan menunjukkan ketakutan dan kekhawatiran dalam merespon setiap pemikiran dan aliran baru yang merambah dunia Islam, baik di bidang ekonomi, politik, dan lain-lain, yang berasal dari Timur maupun Barat. Dari kekhawatiran tersebut, maka kemudian cenderung bersikap resisten demi melindungi nilai-nilai luhur agama dan identitas umat muslim dari pengaruh negative berbagai pemikiran dan aliran baru. Bahkan sampai tingkat tertentu, mereka juga berkeyakinan bahwa semua itu merupakan sebuah perang atau konspirasi terencana untuk menghancurkan Islam dan identitas kaum muslimin.
Sementara pada saat yang sama, kita melihat sebagian umat Islam yang lain cenderung menerima apa yang datang dari Timur maupun Barat tanpa reserve. Mereka mengelu-elukan hal itu dan mengecam orang-orang yang menolaknya sebagai kelompok yang bodoh, konservatif, dan terbelakang. Menurut pandangan mereka, segala sesuatu yang datang dari negara-negara maju merupakan faktor yang menjamin terselenggaranya kemajuan dan perkembangan.
Dari gambaran tersebut, kaum muslimin harus bersikap kritis dengan menelaah setiap permasalahan yang berkembang dari segala sisinya, bukan mendukung atau menolak arus baru yang datang tanpa disertai kesadaran yang utuh.[1][1]
B.         Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah Bagaimana interaksi peradaban Islam dengan peradaban Modern?













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Inetraksi Peradaban Islam dengan Peradaban Modern
Melihat wajah dunia Islam masa kini yang berada pada titik puncak kemundurannya, maka dapat dikemukakan beberapa inetraksi Peradaban Islam dengan Peradaban Modern:
a)      Gerakan Pembaharuan (Modernisme)
Gerakan ini dirintis dan dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani (1839-1897). Kemudian diikuti dan dikembangkan oleh Muhammad Abduh (1849-1905) dan dilanjutkan oleh muridnya, Rasyid Ridla (1865-1935). Gerakan ini tumbuh dan berkembang di Mesir, ketika itu (bahkan sampai sekarang) menjadi pusat intelektualisme Islam. Gerakan ini –sesuai dengan namanya- berusaha mengadopsi kemajuan Barat dan menyesuaikannya (adaptasi) dengan peri-kehidupan umat Islam. Gerakan ini menolak selalu bersandar pada kejayaan Islam masa lalu dan lebih memilih hikmah-hikmah yang dapat diambil dari masa itu, kemudian menghidupkannya kembali di tengah-tengah kaum Muslimin. Hal ini bisa diwujudkan dalam pemikiran politik, social, budaya, agama, dan sebagainya. Secara langsung maupun tidak langsung, hasil pemikirannya disebarkan melalui berbagai tulisan, terutama dalam majalah dan ceramah-ceramah di berbagai tempat dan waktu.
Ide-ide atau pemikiran dasarnya adalah sebagai berikut : 1) Kembali kepada sumber dasar ajaran Islam yang sebenarnya, yaitu al-Quran dan al-Hadits; 2) Pintu ijtihad tetap terbuka. Ijtihad perlu dilakukan untuk memahami sumber ajaran Islam (al-Quran dan al-Hadits) yang disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman (interpretasi baru); 3) Akal (rasio) adalah alat untuk melakukan ijtihad. Menggunakan rasio (akal) dan penalaran menjadi sangat penting dan memiliki posisi yang sangat tinggi; 4) Percaya kepada hukum alam (sunnatullah). Hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan modern yang berdasarkan hukum alam, dan Islam yang sebenarnya berdasarkan wahyu adalah dua hal yang tidak bertentangan. Ilmu pengetahuan modern, idealnya sesuai dengan islam. Saat ini yang mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Barat. Maka untuk mencapai kemajuan seperti yang diraih di masa lampau (yang sekarang telah hilang dan dimiliki Barat), umat Islam harus kembali dan mempelajari serta menguasai ilmu pengetahuan; 5) Percaya kepada kebebasan berkehendak dan bertindak (free-will and free-act) seperti faham Qadariyah.[2][2]




b)      Westernisme
Westernisme diartikan sebagai faham ke-Barat-Baratan atau “berkiblat” ke Barat. Faham ini mengajak umat Islam untuk menerima dan mengadopsi pengetahuan Barat dan semua yang berasal dari Barat. Gerakan ini tumbuh dan berkembang di India, salah satu pusat politik Islam (tempat kerajaan Mughal yang besar itu). Gerakan ini dipelopori oleh Sir Ahmad Khan (1817-1989). Ia mendirikan Universitas Aligarh untuk mengembangkan dan menyebarkan ide-idenya. Ide-ide dasarnya sebenarnya memiliki kesamaan dengan ide-ide dasar yang disampaikan oleh Muhammad Abduh. Hanya saja Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mengalami kemunduran karena tidak mengikuti perkembangan zaman. Islam pernah mengalami kemajuan yang luar biasa pada masa klasik, tetapi peradaban dan kemajuan itu telah hilang. Saat ini yang mengalami kemajuan adalah Barat.
Oleh karena itu menurutnya, umat Islam India akan mengalami kemajuan jika bukan hanya mempelajari dengan Barat, tetapi sebaiknya bekerja sama dengan Barat (Inggris). Dasar kekuatan Barat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk mengalami kemajuan, maka umat Islam harus mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Jalan yang harus ditempuh adalah memperkuat hubungan dengan Barat (Inggris) dan mengambil berbagai aspek kemajuan dan ketinggian yang ada di Barat.[3][3]
c)      Sekularisme
Sekularisme berasal dari kata “secular”, yang berarti unreligious atau anti agama. Pada mulanya, sekulerisme bertujuan menghancurkan pengaruh gereja di Eropa dan melepaskan belenggu kedzaliman tokoh-tokoh gereja, yang pada akhirnya berhasil mengibarkan panji sekulerisme dengan slogan “Religion is for God and Nation is for All”
Sekularisme tumbuh dan berkembang di Turki sebagai pusat politik islam bekas wilayah Daulah Usmaniyyah (Turki-Usmani). Pelopornya adalah Mustafa Kemal Attaturk (1881-1938). Mustafa Kemal, sebenarnya adalah seorang Nasionalis pengagum Barat. Ia menginginkan Islam mengalami kemajuan. Oleh karena itumenurutnya perlu diadakan pembaharuan dalam agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Menurutnya, Islam adalah agama rasional dan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Tetapi agama rasional itu telah dirusak oleh para ulama. Ajaran Islam memerlukan sekularisasi. Usaha sekularisasinya berpusat pada upaya menghilangkan ulama dari kekuasaan Negara dan politik. Yang difahami sebagai ulama adalah orang atau komunitas yang menguasai syariat dan ajaran Islam serta menentukan masalah sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan.



Menurut Attaturk, negara harus dipisahkan dari agama. Inilah esensi dari sekularisasi. Dengan pandangan Mustafa Kemal Attaturk tersebut, ia berpendapat bahwa al-Quran perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, adzan dan khutbah menggunakan bahasa Turki. Madrasah yang sudah ketinggalan zaman ditutup, digantikan oleh fakultas “Ilahiyah” yang mendidik imam shalat, khatib-khatib, dan mengembangkan berbagai pembaharuan yang diperlukan. Pendidikan agama dan bahasa Arab dihilangkan dari sekolah-sekolah. Nama-nama orang Turki harus mengikuti nama-nama orang Eropa. Hukum syariat tentang perkawinan diganti oleh hukum Barat (Swiss). Wanita mempunyai hak cerai yang sama dengan kaum pria. Diandalkan hukum-hukum baru, seperti hukum dagang, hukum pidana, hukum perdata, dan lain-lain yang diambil dari hukum-hukum Barat.[4][4]
d)     Fundamentalisme
Media barat sering kali memberikan kesan bahwa bentuk religiusitas yang disertai kekuasaan dan fundamentalisme adalah fenomena islam murni. Fundamentalisme adalah fakta global yang telah muncul ke permukaan pada setiap keyakinan penting sebagai reaksi terhadap  permasalahanmodernitas kita. Gerakan fundamentalisme tidak muncul dengan cepat. Sebagai reaksi yangmenyentak bagi kebangkitan modernitas barat tapi hanya terlihat jelas ketika proses modernisasi sudah sangat maju.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.            Interaksi peradaban islam dengan peradaban modern
a.             Modernisasi
Modernisasi adalah usaha sadar yang dilakukan oleh suatu Negara/bangsa untuk menyesuaikandiri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu dimana bangsa itu hidup. Setiap hidup usaha dan proses modernisasi itu selalu ada.Antara abad 2 sebelum masehi sampai abad 2 M, kerajaan Romawi menentukan konstelasi dunia.
b.            Westernisasi
Westernisasi adalah mengadopsi atau mengadaptasi gaya hidup barat, meniru-niru danmengambil alih tata cara hidup barat.
c.             Sekulerisme
Sekularisme berasal dari kata “secular”, yang berarti unreligious atau anti agama. Pada mulanya, sekulerisme bertujuan menghancurkan pengaruh gereja di Eropa dan melepaskan belenggu kedzaliman tokoh-tokoh gereja, yang pada akhirnya berhasil mengibarkan panji sekulerisme dengan slogan “Religion is for God and Nation is for All”
d.            Fundamentalisme
Fundamentalisme adalah fakta global yang telah muncul ke permukaan pada setiap keyakinan penting sebagai reaksi terhadap  permasalahan modernitas kita.

B.     Penutup
Demikianlah makalah yang adapat kami buat, apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kami mohon ma’af. Semoga makalah ini bermanfa’at untuk kita semua. Amin.












DAFTAR PUSTAKA

Hamdi, Mahmud Zaqzaq. 20001. Reposisi Islam di Era Globalisasi. Jogjakarta. Pustaka Pesantren.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.
Sunanto,  Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
http://khoirulyusuf.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
www.akhmadrowi.blogspot.com.
































[1][1] Mahmud Hamzi Zaqzuq, Reposisi Islam di Era Globalisasi, Jogyakarta, Pustaka Pesantren, hlm 3
[2][2] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam..., hal. 66.
[3][3]Ibid., hal. 167.
[4][4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2005), hal. 306.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AKHMAD ROWI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Tonitok