Headlines News :
.
Home » , , » PENGARUH PERADABAN ARAB TERHADAP PERADABAN ISLAM (MUHLISIN-UNISFAT)

PENGARUH PERADABAN ARAB TERHADAP PERADABAN ISLAM (MUHLISIN-UNISFAT)

Written By Akhmad Rowi on Jumat, 18 April 2014 | 05.51

akhmadrowi.blogspot.com
MAKALAH
PENGARUH PERADABAN ARAB
TERHADAP PERADABAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Drs. H. AKHMAD ROWI, M.H


Disusn Oleh :
Muklisin
Nim : C.1.4.11.0073



FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIFERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Peradaban merupakan pohon besar yang akarnya kokoh menancap di bumi dan di atas bumi itu terdapat bangsa Arab dan Islam, sementara di langit pohon itu menjulang memancarkan cahaya peradaban Arab dan Islam. Beberapa abad sebelum munculnya Islam, kekacauan dan keruntuhan telah menimpa semua peradaban besar.
Ketika Islam sebagai agama yang agung muncul dengan membawa benih-benih peradaban yang besar dan secara terang-terangan menghimbau untuk mempelajari ilmu dan menjadikannya sebagai jalan utama dalam kehidupan, maka para pecinta ilmu mulai mempelajari warisan peradaban yang telah ada sebelumnya. Warisan peradaban yang dipelajarinya secara otomatis tentu dimulai dari peradaban terakhir yang mereka ketahui, yaitu peradaban Yunani dan India, dan bukan peradaban yang sebelumnya dan lebih lama usianya. Orang-orang Arab adalah bangsa yang sadar dan berperilaku baik sehingga mereka tidak mengklaim karya bangsa lain dan mengaku-ngaku sebagai karyanya sendiri, melainkan mereka tetap mengatakan sebagai karya pemilik yang sebenarnya. Kemudian setelah itu, mereka secara bertahap mempelajarinya, mengadakan riset, dan menciptakan berbagai penemuan sehingga ilmu mereka bertambah dan mencapai puncak kejayaannya sepanjang sejarah peradaban. Bahkan tidak separuh pun dari nilai peradaban itu dapat tertandingi oleh peradaban lain yang telah ada sebelumnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa peradaban Islam itu?
2.      Apa pengaruh peradaban Arab terhadap Peradaban Islam?


BABII
PEMBAHASAN
A.    Peradaban Islam
Peradaban islam merupakan peradaban yang besar, peradaban ini di Barat disebut dengan nama "The Islamic Civilization" atau peradaban Islam. Akan tetapi kita selamanya lebih mengutamakan untuk menamakannya sebagai peradaban Arab dan Islam. Disebut peradaban Arab, karena pertama kali peradaban ini muncul di kalangan bangsa Arab, sekalipun kemudian meluas dan dikembangkan oleh generasi Islam selain bangsa Arab, baik melalui transfer ilmu, kesamaan tipologi dan standar, maupun bahasa dan tulisannya.
Sedangkan penyebutannya sebagai peradaban Islam, karena Islam sebagai penggagasnya dan selamanya akan menjadi kekuatan yang menggerakkannya dengan ajaran-ajarannya yang kekal.
Firman Allah yang artinya "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri." (Fushshilat: 53). Demikian juga dengan hadist Nabi SAW "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat."Dan, "Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina."
             Di sisi lain, peradaban ini disebut peradaban Arab karena sebagian tokoh terbesarnya seperti; Hunain bin Ishaq, Yohana bin Masawih, Nabit bin Qarrah, dan Ali bin Abbas Al-Majusi mereka adalah orang-orang Arab akan tetapi non-muslim. Sedangkan disebut peradaban Islam, karena sebagian tokohnya yang terbesar seperti; Ibnu Sina, Al-Biruni, Abu Bakar Ar-Razi, dan Al Khawarizmi mereka adalah orang-orang muslim, akan tetapi bukan orang Arab. Dengan demikian penyebutan peradaban ini dengan sebutan peradaban Arab dan Islam merupakan suatu penyebutan yang komprehensif dan membuat kita tidak mengingkari keutamaan orang-orang non-Arab atau non-muslim.
B.     Pengaruh Peradaban Arab terhadap Peradaban Islam
Pengaruh Arabisme atau peradaban arab terhadap Islam muncul ketika terjadi proses sofistikasi Alquran di tangan penafsir. Di samping itu dalam beberapa praktek ritual ibadah juga nampak ada upaya pembingkaian dengan nuansa Arab. Kasus tentang pro kontra shalat, adzan, atau khutbah menggunakan bahasa non Arab tampak sekali menggambarkan dominasi kultur Arab.
Selain Abdul Moqsith Ghazali, diskusi yang digelar di kawasan Teater Utan Kayu itu sedianya juga menghadirkan Yusuf Rahman, dosen pasca sarjana UIN Jakarta. Tetapi karena ketidaksiapan Rahman, maka ia absen dari diskusi itu dan digantikan oleh Ulil Abshar Abdalla, intelektual muda NU sekaligus juga Koordinator JIL. Ulil pada kesempatan tersebut mensinyalir bahwa perdebatan tentang pemisahan Islam dari pengaruh Arabisme, secara tak disadari sebenarnya telah berlangsung sejak permulaan abad kedua hijriah, atau bahkan akhir abad pertama hijriah. Perdebatan tentang apakah seorang pemimpin harus dari suku Quraisy atau tidak mengingatkan Ulil pada kuatnya syahwat klan Arab untuk mengatur dan memengaruhi penafsiran yang bernuansa Arab.
Imam Syafi’i, adalah salah seorang imam madzhab yang menjadi kiblat mayoritas umat Islam Indonesia, disebut oleh Ulil dan Moqsith sebagai salah seorang yang ikut andil dalam melakukan Arabisasi pada ajaran Islam. Hal ini terbukti dari upaya Syafi’i untuk menjadikan Arab sebagai standar dalam mengatur kehidupan umat. Contoh kecil yang cukup remeh, misalnya, ditunjukkan oleh Moqsith dalam hal menetapkan halal-haram makanan. Bagi mereka (syafi’iyah) makanan yang halal adalah makanan yang dianggap baik oleh orang Arab. Sebaliknya makanan yang tidak baik bagi orang Arab maka dianggap haram. Praktek Arabisasi Islam ini bukan hanya menjadi sebuah wacana, tapi juga telah direproduksi melalui teks-teks yang ditulis oleh ulama abad pertengahan. Parahnya hal ini diterima oleh umat Islam apa adanya, tanpa dilihat secara kritis. Bahkan kecenderungan ini banyak mewarnai praktek beragama umat Islam sekarang. Inilah yang menjadi keprihatinan kedua pembicara tersebut.
Urgensi pemisahan pengaruh budaya Arab terhadap Islam, menurut Ulil, disebabkan adanya kecenderungan untuk mencampuradukkan antara ajaran agama dengan budaya. Sehingga ajaran-ajaran yang sifatnya partikular telah mengalami proses universalisasi yang luar biasa. Bahkan tidak jarang hal-hal yang merupakan fakta alamiah atau sosiologis telah dinaikkan menjadi fakta agama. Ulil mencontohkan tentang praktek qailulah atau kebiasaan tidur siang Nabi menjelang dzuhur. Praktek tidur seperti itu sering dipahami sebagai ajaran agama. “Padahal jika ditelusuri kebiasaan seperti itu lebih dipengaruhi oleh unsur geografis Arab yang cuacanya panas”, papar Ulil. Sehingga pada siang hari orang harus beristirahat dari aktifitasnya yang melelahkan. Kebiasaan demikian itu oleh masyarakat non Arab diimport sebagai bagian dari ajaran agama yang harus diikuti dan diteladani. “Bukan hanya sebatas itu”, lanjut Ulil. Banyak sekali unsur-unsur budaya Arab lain yang dipahami sebagai ajaran agama, seperti memanjangkan jenggot, menggunakan jubah, surban, penutup kepala, bahkan juga jilbab.
Kekhawatiran lain diutarakan oleh Moqsith. Menurutnya, kecenderungan Arabisme sekarang ini telah masuk dalam regulasi Undang-Undang. Kecenderungan ini menurutnya bukan saja akan mereduksi Islam menjadi hanya berwajah Arab, tapi juga akan menutup kemungkinan untuk mengakomodir masuknya budaya-budaya lain dalam pemahaman agama. “Oleh karena itu pemisahan Islam dari Arabisme harus segera dilakukan”, ucap Moqsith dengan tegas.
Meskipun Arabisme harus dipisahkan dari Islam, tapi bagi Ulil budaya dan peradaban Arab tetap harus diapresiasi. Menurutnya ada dua wajah Arab, pertama adalah Arab yang tertutup dan membenci budaya selain Arab serta menganggapnya rendah. Inilah yang ia sebut sebagai Arab xenophobic. Kedua, adalah Arab sebagai sebuah peradaban yang terbuka dan tidak membenci unsur lain di luar Arab. Sebagai orang yang lama mengenyam pendidikan di bangku pesantren, Ulil sangat tertarik dengan bahasa Arab. Menurutnya bahasa Arab saat ini adalah satu-satunya bahasa kuno yang mampu bertahan dan hidup. Bukan hanya itu, bahasa Arab juga mampu berkembang cukup pesat, tapi tetap tidak menyimpang jauh dari akarnya. Hal ini bisa dilihat dari bahasa Alquran dan bahasa Arab dalam literatur klasik yang masih tetap bisa dipahami oleh masyarakat modern. “Bahasa Arab juga mengandung kelenturan luar biasa”, papar Ulil dengan nada takjub. Oleh karena itu pemisahan Islam dari Arabisme, bagi Ulil hanya dilakukan terhadap Arab yang xenophobic.“Apa yang tersisa dalam Islam bila harus dilucuti dari pengaruh Arabisme







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peradaban islam merupakan peradaban yang besar, peradaban ini di Barat disebut dengan nama "The Islamic Civilization" atau peradaban Islam. Disebut sebagai peradaban Islam, karena Islam sebagai penggagasnya dan selamanya akan menjadi kekuatan yang menggerakkannya dengan ajaran-ajarannya yang kekal
Pengaruh Arabisme terhadap Islam muncul ketika terjadi proses sofistikasi Alquran di tangan penafsir. Di samping itu dalam beberapa praktek ritual ibadah juga nampak ada upaya pembingkaian dengan nuansa Arab
Meskipun Arabisme harus dipisahkan dari Islam, tapi bagi Ulil budaya dan peradaban Arab tetap harus diapresiasi. Menurutnya ada dua wajah Arab, pertama adalah Arab yang tertutup dan membenci budaya selain Arab serta menganggapnya rendah. Inilah yang ia sebut sebagai Arab xenophobic. Kedua, adalah Arab sebagai sebuah peradaban yang terbuka dan tidak membenci unsur lain di luar Arab. Sebagai orang yang lama mengenyam pendidikan di bangku pesantren, Ulil sangat tertarik dengan bahasa Arab.
B.        Penutup
Alhamdulillah puji syukur, penulis haturkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Allah swt paling tahu akan segala kebenaran, penulis menyadari kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, maka dalam penyusunannya jauh dari sempurna, penulis banyak kelemahan dan kekurangan, mohon kritik dan sarannya.
Semoga Allah selalu memberi rahmat dan karunianya kepada hambanya, Amin.

DAFTAR PUSTAKA
  1. www.Pengaruh peradaban arab terhadap peradaban Islam.com
  2. www.peradaban Islam.com


Share this article :

1 komentar:

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AKHMAD ROWI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Tonitok