PENGARUH PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN
Makalah
untuk Disampaikan dalam Perkuliahan Sejarah Peradaban Islam
Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan
Tarbiyah UNISFAT DEMAK
Tahun
Akademik 2013/2014
Disusun
Oleh :
IIN
ARFIYANI
JURUSAN
TARBIYAH
UNIVERSITAS
SULTAN FATAH
DEMAK
Makalah Pengaruh Peradaban
Islam: “Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin”
A. Pengertian Khulafa Ar-Rasyidin
Khulafa Ar-Rasyidin adalah pemimpin umat islam setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, yakni khalifah-kahlifahh yang terpercaya atau mendapat
petunjuk. Secara teknis, term Khulafa Ar-Rasyidin berasal dari sebuah riwayat
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang bersabda: “Umatku akan
terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan ditempatkan dineraka, kecuali
satu golongan saja. Yaitu mereka yang taat pada sunahku dan sunah Khulafa
Ar-Rasyidin.
Khalifah “penerus nabi” merupakan jabatan yang
dipangku pada sahabat setelah Nabi wafat. Pengertian penerus nabi pun bukanlah
siapa yang akan menggantikan Muhammad sebagai nabi melainkan menggantikan
sebagai pemimpin umat. Khalifah merupakan singkatan dari khalifah Rasulillah,
sedangkan Khilafah merupakan sistem pemerintahannya.
B.
Khalifah – Khalifah yang menjadi Khulafa Ar-Rasyidin
1.
Abu Bakar As-Shiddiq
Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafah
at-Tamimi. Silsilahnya berjumpa dengan silsilah Nabi Muhammad pada moyang Murra
Ibn Amr Ibn Sa’ad Ibn Taim Ibn Ka’ab Ibn Talib Ibn Fihr Ibn Nadr Ibn Malik.
Ibunya bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr. Garis keturunan ayah dan ibunya
bertemu pada neneknya bernama Ka’b Ibn Sa’d Ibn Taim Ibn Murra, suku besar
Quraisy dari belahan Bani Taim. Abu Bakar sewaktu kecil bernama Abdul Ka’bah,
kemudian diganti oleh nabi menjadi Abdullah, karena ia paling cepat masuk
islam. Menurut Al-Suyuti, nama Abu bakar adalah ‘Atiq, karena terpelihara,
terbebas dari api neraka. Ia diberi kuniyah Abu Bakar artinya orang yang
pagi-pagi betul masuk islam. Al-shddiq meripakan gelar yang diberikan
kepadanya setelah dia membenarkan perstiwa Isra Mi’raj Rasulullah.
Abu bakar lahir pada tahum 573 M di mekkah. Setelah ia
masuk islam, seluruh hidupnya dibaktikan untuk membela islam. Karena dakwahnya,
banyak orang Quraisy ternama masuk islam, seperti Utsman Bi Affan, Zubair bin
‘Awwan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah.
Abu Bakar mempunyai empat istri, pertama Kutala binti
‘Uzza yang melahirkan Abdullah dan ‘asma. Kedua, Ummu Rumman yang melahirkan
Abdurrahman dan ‘Aisyah. Ketiga, Asma bin Umays yang melahirkan
Muhammaaad bin Abi Bakar. Keempat, Habibah bin Kharaja yang melahirkan Ummu
Kultsum. Beliau ikut bersama-sama Nabi hijrah ke madinah dan bersama nabi pula
bersembunyi di gua Tsur. Dari lama dan eratnya hubungan persahabatan beliau
dengan Rasulullah serta kejujuran dan kesucian hatinya beliau dapat mendalami
jiwa dan semangat islam lebih dari pada yang didapat orang-orang islam
lainnya. Jika nabi berhalangan, abu Bakarlah yang disuruh menjadi imam Shalat.
Pada tahun 623 M bersamaan dengan hari wafatnya Rasulullah, beliau diangkat
menjadi khalifah setelah dibai’at oleh kaum muslimin. Setelah menjalankan tugas
kalifah selama 2 tahun 3 bulan dan 10 hari, beliau wafat pada tanggal 22
jumadil Akhir tahun 13 H atau 23 Agustus 634 M karena Sakit.
2.
Umar Ibn Khattab
Nama lengkapnya adalah Umar ibn Nufail ibn’abdul ‘Uzza
ibn Riyah ibn ‘Abdullah ibn Qurth ibn ‘Abdi ibn Ka’ab dari Bani Addiy. Ibunya
bernama Hantamah binti Hasyim. Bani Addiy terkenal sebagai suku yang terpandang
mulia, megah, dan berkedudukan tinggi. Nasab Umar ibn Khattab dan Nabi Muhammad
saw bertemu pada nenek mereka yang bernama Ka’ab bin Luai al-Quraisyin
al-Kadawi.
Umar terkenal seorang pemberani, tidak mengenal takut
dan gentar, mempunyai ketabahan dan kemauan keras, serta tidak mengenal bingung
dan ragu. Masuk islamnya Umar Pertanda do’a nabi Muhammad dikabulkan Allah,
yakni permohonannya agar islam dukuatkan dengan salah satu dari ‘Amr ibn Hisyam
atu Umar Khattab. Semula Umar menyandanng gelar Abu Hafs dan setelah
masuk islam ia menerima al-faruq (pemisah atau pembeda antara yang hak dan yang
batil). Umar benar mengemukakan pikiran-pikiran dan pendapatnya dihadapan nabi,
bahkan tidak segan menyampaikan kritik untuk kebaikan dan
kemaslahatan umat islam. Islamnya Umar membawa pengaruh yang besar bagi
perjuangan Nabi Muhammad dan perkembangan agama Islam. Hal ini karena Umar
seorang yang tegas dalam membela syiar islam sehingga tidak seorang pun dari
kalangan Quraisy yang berani menentangnya.
Setelah Abu Bakar meninggal dunia, Umar menjadi
khalifah pada tahun 13 H/634 M. masa khalifahnya cukup lama, yakni selama 10
tahun. Diakhir hayatnya beliau ditusuk oleh seorang budak Persia yang bernama
Abu Lu’luah atau dikenal dengan nama Feros ketika sedang shalat subuh di masjid
Nabawi pada hari Rabu, tanggal 26 Zulhijjah tahun 23 H/3 November 644 M. budak
tersebut beragama nasrani dan menjadi hamba sahaya Mughirah ibn Syu’bah setelah
ditawan tentara islam di Nahawand. Beliau membunuh khalifah Umar karena dendam
pembesar Persia dan pendukungnya terhadap Umar yang telah melenyapkan kekuasaan
mereka dari kerajaan Persia. Setelah tiga hari sejak peristiwa penusukan itu,
khalifah Umar ibn Khattab meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 29 Zulhijjah
tahun 23 H/6 November 644 M dalam usia 63 tahun.
3. Utsman Ibn Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman ibn affan ibn Abil Ash
ibn Umayyah ibn Abd as-Syam ibn Abd al-Manaf Al-Quraisy Al-umawy. Ibunya
bernama Arwa binti Kuriz ibn Rabi’ah ibn Habib ibn Abd Al-Syam ibn Abd
Al-Manaf. Silsilah Utsman ibn Affan dari garis ayah bertemu dengan silsilah
Nabi Muhammad saw. Utsman lahir dikota mekkah pada tahun ke enam tahun gajah
atau 376 M, kira-kira lima tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw.
Utsman bin Affan biasa dipanggil dengan sebutan Abu
Abdillah, Abu Amer, dan Abu Laila. Sebutan lain yang cukup populer dikalangan
kaum muslimin adalah Dzu al-Nurain (memiliki dua cahaya). Setelah Utsman
menikah berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad saw. Pertama ia menikahi
Ruqoyyah dan setelah Ruqoyyah meninggal ia nikahkan lagi oleh nabi saw dengan
putrinya yang lain yaitu Ummi Kulsum.
Dari golongan bani Umayyah Utsman termasuk orang
pertama yang masuk agama islam atas ajakan Abu Bakar al-Shiddiq dan
termasuk kelompok sahabat Assabiqunal-Awwalun yang dijamin masuk surga.
Beliau merupakan salah satu sahabat yang dikagumi oleh Rasullah. Berkaitan
dengan pola hidupnya yang sederhana walaupun kaya, saleh, dan dermawan.
Kekayaannya digunakan untuk kemajuan dan kejayaan islam, diantaranya, membeli
sumur Raunah milik seorang yahudi seharga 12.000 dirham ketika kaum muslim
madinah kekurangan air, membantu keperluan lasykar pada perang tabuk dengan 950
ekor unta, 59 ekor kuda dan uang sebesar 1000 dinar (1/3 pembiayaan perang),
memperluas masjid nabawi senilai 15000 dinar dan masjid al-haram senilai 10000
dinar. Di samping itu, beliau selalu siap kapan saja membantu kaum muslim yang
membutuhkan bantuan. Setelah khalifah Umar wafat, Utsman ibn Affan terpilih
menjadi khalifah ketiga. Pemerintahannya berlangsung 12 tahun, dari tahhun 23
H/646 M hingga tahun 35 H/656 M. diakhir hayatnya, beliau dibunuh oleh salah
seorang warga mesir (al-Gafiki) yang menuntut penyelesaian akibat kebaikannya
yang meresahkan masyarakat.
4.
Ali Ibn Abi Tahlib
Nama lengkapnya Ali bin Abi Tahlib ibn Abdul Muthalib
ibn Abdul Manaf al-Hasyim al-Quraisy. Ibunya bernama Fatimah
binti Asad ibn Hasyim ibn Abul Manaf. Beliau lahir pada tahun 21 sebelum hijrah
(603M) atau delapan tahun sebelum Nabi SAWdiutus menjadi rasul. Sewaktu lahir,
ia diberi nama Haidarah oleh ibunya, kemudian diganti oleh ayahnya dengan Ali.
Ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul, Ali termasuk pertama yang menyatakan
imannya bersama Khadijjah dan Zaid dalam umur yang relatif masih kecil, maka
Ali termasuk kanak-kanak yang mula-mula beriman. Ali ketika berumur enam tahun
diasuh dan dididik oleh Rasulullah sebagai balas jasa terhadap pamannya yang
telah membesarkannya dan mempunyai banyak anak, terlebih lagi ketika Mekah
ditimpa di timpa kelaparan. Ali menjadi anak yang tangguh, perkasa,
berbudi luhur, serta berkepribadian yang tinggi. Ali memiliki gelar Karammallahu
wajhahu, dikarenakan jiwa dan kepribadiannya yang tidak pernah dinodai
pemujaan berhala dimasa itu, tidak berlebihan bila kelak Ali menunjukan kepahlawanan
yang menonjol. Kesetiaan dan kecintaannya kepada Rasullah telah dibuktikan
sejak mudanya. Pada malam Rasul Hijrah ke madinah bersama Abu Bakar, Ali tidur
di tempat tidur Rasullah untuk mengelabuhi orang-orang Quraisy yang mengepung
rumah rasul hendak membunuhnya.
Ali termasuk salah seorang tokoh (Abu Bakar dan
Umar) yang telah mengambil pengetahuan, budi pekerti, dan kebersihan jiwa
Rasulullah, beliau terkenal dengan kecerdasannya dan memiliki banyak masalah
keagamaan secara mendalam hadits yang diriwayatkannyapun banyak. Nabi
menggambarkannya sebagaimana sabdanya: aku kota ilmu dan Ali adalah gerbangnya.
Keberanian Alipun masyhur dari seluruh peperangan yang dipimpin oleh Rasullah,
beliau senantiasa berada di front depan, dan dipercaya oleh Nabi sebagai
pemegang panji-panji perang. Kecuali pada perang tabuk, Ali ditugaskan Rasul
untuk , menjaga kota Madinah, itupun beliau kecewa dan kalau boleh memilih ia
akan ikut berperang. Sifat pemberani (saja’ah) dan keperkasaannya tercatat
dalam sejarah islam. Untuk keberaniannya itu, ia mendapat gelar The Lion Of God
(Asadullah) atau The Lion Hearted. Selain terkenal dengan keberaniannya, ia
terkenal pula sebagai dermawan, berbudi luhur, sederhana, terbuka, terus
terang, tulus hati, dan lapang dada. Namun, kesederhanaan, keterusterangannya,
dan kelapangdadaannya dipergunakan musuhnya untuk menipunya, karena ia mudah
mempercayai orang-orang. Sikap dan sifat Ali tersebut mempengaruhinya dalam
menetapkan kebijaksanaan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam
pemerintahannya. Kadang-kadang sikap tersebut tidak biasa diterima oleh
sebagian pengikutnya sehingga pemberontakan yang berakhir dengan mengenaskan,
terpental dari kekuasaan bahkan dengan cara yang lebih buruk dari Utsman.
Selama hidupnya, Ali menikah dengan 9 wanita dan
mempunyai 19 anak. Pertama, Ali menikah dengan Fatimah putri Rasullah,
mempunyai 2 putra dan 2 putri yaitu Hasan, Husen, Zainab dan Ummu Kulsum.
Setelah Fatimah wafat, Ali menikah berturut-turut. Kedua, Ummu Bamin
binti Huzam dari bani Amir ibn Kilab, melahirkan 4 putra yaitu Abbas, Ja’far,
Abdullah dan Usman. Ketiga, Laila binti Mas’ud at-Tamimah, melahirkan 2
putra yaitu Abdullah dan Abu Bakar. Keempat, Asma binti Umair
al-Kuimiah, janda Abu Bakar al-Shiddiq, melahirkan Yahya dan Muhammad. Kelima,
As Sahba binti Rabi’ah dari Bani Jasym ibn Bakar, janda dari Bani Taglab,
melahirkan Umar dan Ruqayyah. Keenam, Ummah binti Abi Ass ibn Ja’far
al-Hanafiah melahirkan Muhammad (al-Hanafiah). Kedelapan, Ummu Sa’id
binti Urwah ibn Mas’ud melahirkan Ummu al-Husain dan Ramlah. Kesembilan,
Mahyah binti Imri’ al-Qais al-Kalbiah melahirkan Jariah.
Sistem
pemilihan khalifah
1.
Khalifah Abu Bakar As-shiddiq.
Khalifah Abu Bakar memangku jabatan berdasarkan
pilihan yang berlangssung secara demokratis dalam pertemuan di Tsaqifah (balairung)
Bani Sa’idah. Tata cara tersebut sesuai degan sistem perundingan yang
digunakan di zaman modern sekarang ini. Kaum Anshar, menekankan pada
persyaratan jasa yang mereka teah berikan bagi umat islam dan pengembangan
islam. Karena itu , mereka mengajukan calon sebagai kandidat pemimpin yaitu Sa’ad
bin Ubadah. Sementara kam Muhajirin, menekankan aspek kesetiaan dan
perjuangan pada masa awal-awal pengembangan islam di Mekah hingga Madinah.
Untuk itu, mereka mengajukan nama calon yaitu Abu Ubadah bin Jarah.
Sedang Ahlul Bait menghendaki Ali bin Abi Thalib dicalonkan sebagai
khalifah. Pengajuan nama Ali dalam permusyawaratan tersebut didasari
atas jasa, kedudukan dan statusnya sebagai anak angkat sekaligus menantu Rasulullah.
Perdebatan siapa yang paling berhak menggantikan
kedudukan Nabi SAW. sebagai kepala pemerintahan, hampir menimbulkan konflik
internal dikalangan umat islam, antara Muhajirin dengan Anshar dan Bani Abbas.
Melalui perdebatan panjang dengan argumentasi masing-masing, akhirnya Abu
Bakar disetujui secara aklamasi menduduki jabatan khalifah.
Selesai dipilih, Abu Bakar berpidato yang isinya: “…
Saudara-daudara sekalian, sekarang saya terpilih sebagai khalifah. Meskipun
saya bukan yang terbaik dari siapapun diantara kalian, tetapi saya harus
menerima amanah ini. Oleh karena itu, bantulah saya bila berada dalam jalan
yang benar. Perbakilah saya bila berada di jalan yang salah.” Lalu pidato itu
diakhiri dengan ucapan, “… patuuhlah kepadaku sebagai mana aku mematuhi Allah
dan rasulnya. Jika aku tidak mematuhi Allah dan rasulnya, jangan sekali-kali
kalian mematuhi aku.”
Pidato tersebut menggambakan kepribadian Abu Bakar dan
kejujuran serta ketulusannya sebagai seorang pemimpin umat yang sangat
demokratis. Beliau merasa bahwa tugas yang diembannya tidak akan berjalan
dengan baik kalau tidak mendapat dukungan dari para sahabatnya. Karena itu, ia
menginginkan agar masyarakat ikut serta dalam mengontrol perjalanan dalam
kepemimpinannya agar pelaksanaan pemerintahan berjalan dengan baik.
Itulah tipe seorang pemimpin yang sangat demokratis, ia tidak gila kedudukan,
jabatan dan harta.
2.
Khalifah Umar bi Khattab.
Umar bin Khattab dipilih oleh para pemuka masyarakat
dan disetujui secara aklamasi oleh umat islam. Proses pengangkatan ini diawali
dengan ijtihad Abu Bakar yang meminta Umar bersedia menggantikan kedudukannya
kelak, jika ia meninggal dunia. Ijtihad ini didasari atas kenyataan dan
pengalaman sejarah pada masa-masa awal pemilihan khalifah, yatu timbulnya krisis
politik dan hampir berakibat pada munculnya konflik internal umat islam,
jika tidak segera diselesaikan oleh Umar Bin Khattab dan Abu Bakar. Berdasarkan
pengalaman sejarah ini, maka khalifah Abu Bakar meminta Umar untuk menjadi
penggantinya. Permintaan ini disetujui oleh Umar, hanya Umar meminta agar
persoalan ini dibicarakan dahulu dikalangan tokoh masyarakat, supaya tidak
terjadi salah paham. Permintaan itu dipenuhi, untuk itu kemudian Abu Bakar
meminta pendapat para sahabat mengenai pilihannya itu, ketika mereka
menjenguknya pada saat beliau terbaring sakit di tempat tidur. Pilihan itupun
disetujui, kemmudian Abu Bakar menulis surat wasiat untuk itu dan
membai’a Umar Bin Khattab. Beberapa hari kemudian beliau meninggal dunia.
Peristiwa ini terjaddi pada Jumadil Akhir tahun 13 H/634 M.
3.
Utsman bin affan
Utsman bin Affan dipilih dan diangkat oleh dewan yang
terdiri dari enam orang sahabat. Dewan ini dibentuk oleh khalifah Umar bin
Kattab ketika beliau sedang sakit. Prosedur ini ditempuh guna memaksimalkan
potensi yang dimiliki masing-masing sahabat, selain selain masih mempertahankan
prinsip syura, yang diajarkan oleh Nabi SAW. hanya modelya yang berbeda
dibandingkan dengan model pemmilihan masa sebelumnya. Pemilihan melalui dewan
enam ini diharapkan menghaslkan calon pemimpin handal ynag mampu menjalankan amanah
demi penegakkan Islam dan pengembangannya ke luar Jazirah Arabia.
Yang disebut Dewan Enam tersebut adalah Utsman bi
Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dewan ini bertugas memilih
salah seorang diantara mereka yang akan menggantikannya sebagai khalifah.
Abdurrahman bin Auf dipercaya menjadi ketua panitia pemilihan tersebut.
Ketika pelaksanaan pemilihan yang berlangsung setelah
khalifah Umar bin Khattab meninggal tersebut ternyata menemui kesulitan,
terutama dalam masalah calon peserta. Hal ini disebabkan karena; pertama,
berdasarkan pendapat umum bahwa mayoritas masyarakat menginginkan Utsman bin
Affan menjadi khalifah. Kedua, dikalangan sahabat yang dicalonkan timbul perbedaan
pendapat. Abdurrahman bin Auf cenderung kepada Utsman bin Affan, sementara
Sa’ad bin Abi Waqqash menginginkan Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Ketiga,
diantara sahabat nabi yang dicalonkan ada yang sedang di luar kota, sehingga
belum dapat dikeahui pendapatnya. Keempat, baik Utsman maupun Ali,
masing-masing memiliki keinginan untuk menjadi khalifah. Namun berka ketekunan
dan kebijaksanaan Abdurrahman bin Auf, akhirnya proses pemilihan berjalan
lancar dan menghasilkan keputusan bahwa Utsman terpilih menjadi khalifah dengan
perolehan 4 suara, sedang Ali memperoleh 2 suara.
4.
Ali bin Abi Thalib
Tampilnya Ali bin Abi Thalib ke pucuk kepemimpinan,
ketika negara tengah mengalami krisis social dan politik, akibat peristiwa
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak yang tidak setuju
atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan selama masa pemerintahannya. Ali
diangkat oleh jamaah umat islam dan sebagian besar adalah para pemberontak .
dalam situasi seperti itu, harus ada tindakan nyata untuk mengatasi krisis
kepemimpinan. Akan tetapi, tidak seorangpun ketika itu yang mau diangkat
menjadi khalifah, selagi Ali masih hidup.
Kebijakan-kebijakan
khalifah pada masa Khulafa Ar-Rasyidin.
1.
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar menjadi kholifah hanya 2 tahun. Pada tahun
634 M beliau meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan
berbagai persoalan, terutama persoalan yang menyangkut dalam negeri. Diantara
kebijakan politiknya yang cukup menonjol adalah:
a)
Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah
Sebelum Rosulullah SAW wafat, beliau telah
memerintahkan sepasukan perang yang dipimpin oleh seorang anak muda, Usamah,
untuk berjalan menuju tanah Al-Balqa yang berada di Syam, persisnya di tempat
terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Ibnu Rawahah. Namun di tengah
perjalanan terdengar berita wafatnya Rosulullah SAW, sehingga pasukan tersebut
kembali ke kota Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini
dilanjutkan kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di kota
Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya.
Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa
kemaslahatan besar waktu itu. Disamping pulang dengan membawa kemenangan, juga
sekaligus telah menimbulkan kegentaran besar pada perkampungan Arab yang
dilewati sehingga tidak berani memberontak.[1]
b) Menumpas Kaum
Murtad Dan Orang-orang Yang Menolak Membayar Zakat
Ketika Rosulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab
yang kembali murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang Arab
berdatangan ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun mengingkari kewajiban
zakat.
Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka, dan merekapun
ditumpasnya. Melihat hal ini, Umar pun berkata: “Akhirnya aku sadari bahwa
Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin
itulah yang benar”.[2]
c) Menumpas
Orang-orang Yang Mengaku Menjadi Nabi
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar
zakat, ada pula beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang
paling berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut mencapai
40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah.[3]
Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin
Walid untuk menumpas mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid
memperoleh kemenangan yang besar.
d) Mengirim Pasukan Ekspansi Ke
Wilayah Iraq Dan Syiria
Setelah berhasil mengatasi persoalan dalam negeri,
mulailah Abu Bakar berkonsentrasi untuk melakukan ekspansi ke luar negeri.
Kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq pada periode ini merupakan langkah
awal menaklukkan wilayah-wilayah timur pada masa khulafaur rosyidun berikutnya.
Dan pada periode perdana ini pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Khalid bin
Wahid[4], Abu Ubaidah, Amru bin Ash, Yazid
dan Syurahbil.[5]
e)
Membukukan Al-Qur’an Dalam Satu Mushaf
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas
usulan Umar, ia berhasil membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab
setelah banyak penghafal al-Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah.
Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk membukukan al-Qur’an
dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut terkenal dengan naskah Hafsah
yang selanjutnya pada masa khalifah Usman membukukan al-Qur’an berdasarkan
mushaf itu, kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang masih
murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan. (Abdul
Karim, 2007:84)
2.
Khalifah Umar bin Khattab.
Umar menjabat sebagai kholifah selama 10 tahun
(634-644 M). Selama masa pemerintahannya ada beberapa kebijakan politik yang
dijalankannya, antara lain:
a)
Melanjutkan Ekspansi Yang Telah Dirintis Abu Bakar
Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar
melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk menghadapi
tentara Sasania maupun Bizantium baik di Front Timur (Persia), Utara (Syam)
maupun di Barat (Mesir). Pada periode Khalifah Umar, peta Islam meluas di Timur
sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara.[6]
b)
Reformasi dalam Pemerintahan
Beliaulah
khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi, membuat undang-undang
perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap, menempatkan para godhi,
membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi beberapa gubernuran (propinsi)
dan ada majlis syura.[7]
c)
Mengatur Tata Pertanahan
Kebijakan yang paling fenomenal adalah kebijakan
ekonomi Umar di Sawad (daerah subur). Umar mengeluarkan dekrit, bahwa
orang Arab termasuk tentara dilarang transaksi jual beli tanah di luar Arab.
Hal ini memancing reaksi anggota Syura’, namun Umar memberi alasan, mutu
tentara Arab menurun, produksi menurun, negara rugi 80% dari pendapatan, dan
rakyat akan kehilangan mata pencaharian (sawah) menyebabkan mereka akan mudah
berontak terhadap negara.[8]
d)
Reformasi dalam Budaya
Beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin,
yang menetapkan penanggalan hijriyah mengumpulkan manusia untuk sholat taraweh
berjamaah, mendera peminum khomer 80x cambukan, dan berkeliling di malam hari
menghontrol rakyatnya di Madinah.
3.
Khalifah Utsman bin Affan.
Utsman menjabat sebagai kholifah selama 12 tahun.
Selama pemerintahannya itu, keadaan bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode kemajuan dan periode kemunduran[9]. Periode I pemerintahannya membawa
kemajuan luar biasa, sedang periode II kekuasaannya identik dengan kemunduran
dan huru-hara yang luar biasa sampai akhirnya beliau tewas di tangan
pemberontak.
Ada beberapa
kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara lain:
a)
Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam
Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima
yang ahli dan berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam
berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front
al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di al-Maghrib, di
Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut sampai ke Ma Wara
al-Nahar – Transoxiana – dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai di
perbatasan Balucistan (wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.[10]
b)
Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada
laut dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau serangan-serangan
di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan
pertama kali di laut dalam sejarah Islam.[11]
c)
Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau
juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas
masjid Nabi di Madinah.[12]
d)
Menulis Kembali Penulisan Mushaf Al-Qur’an
Diantara jasa Utsman yang besar adalah telah
menyatukan kaum muslimin pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Qur’an
terakhir yang diajarkan oleh Jibril kepada Rosulullah SAW yakni ketika Jibril
mendiktekan Al-Qur’an kepada Rosulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau.[13]
Utsman meminta mushaf yang disimpan oleh Hafshah yang
merupakan hasil pengumpulan pada masa Abu Bakar, untuk ditulis kembali. Maka
ditulislah satu mushaf Al-Qur’an untuk penduduk Syam, satu mushaf untuk
penduduk Mesir, satu mushaf untuk penduduk Basrah, satu mushaf dikirim ke
Kufah, begitu juga ke Makah dan Yaman, serta satu mushaf untuk Madinah.[14]
Demikianlah beberapa jasa Utsman yang cukup
menonjol. Pada paroh terakhir masa kekholifahannya muncul perasaan tidak puas
dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut
(diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada
tahun 35 H/655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari
orang-orang yang kecewa itu.[15]
Menurut Badri Yatim (1993:38), salah satu faktor yang
menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Utsman adalah
kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi (nepotisme). Namun
anggapan nepotisme yang demikian ditolak oleh Abdul Karim. Menurut Abdul Karim
(2007:105) bahwa nepotisme Utsman tidak terbukti. Karena, pengangkatan
saudara-saudara berangkat dari profesionalisme kinerja mereka di lapangan. Akan
tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan Utsman, para gubernur yang diangkat
tersebut bertindak sewenang-wenang terutama dalam bidang ekonomi. Mereka di
luar kontrol Utsman yang memang sudah berusia lanjut sehingga rakyat menganggap
hal tersebut sebagai kegagalan Utsman, sampai pada akhirnya Utsman mati
terbunuh.
4.
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
a)
Memecat Gubernur yang Sewenang-wenang
Khalifah Ali segera memecat para gubernur yang
diangkat oleh Utsman, dikarenakan beliau yakin bahwa terjadinya
pemberontakan-pemberontakan itu disebabkan oleh keteladanan politik
kebijaksanaan mereka.
b)
Menarik Kembali Tanah yang Dihadiahkan oleh Utsman
Salah satu kelemahan Utsman adalah mengijinkan
orang-orang Arab menguasai tanah-tanah subur disekitar wilayah yang baru
dikuasainya. Hal ini dimasa Umar tidak diperbolehkan terjadi. Akibatnya penduduk
pribumi kehilangan sumber perekonomiannya. Utsman juga menghadiahkan
tanah-tanah kepada para pendukung yang disayanginya.
Begitu Ali
menjadi kholifah, beliau menarik kembali tanah yang oleh pendahulunya
dihadiahkan kepada para pendukungnya itu dan menyerahkan hasil pendapatannya
kepada negara, serta memakai kembali. Sistem distribusi persen tahunan diantara
orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.[16]
c)
Menumpas Para Pembangkang
Tidak semua masyarakat Islam taat kepada pemerintahan
Ali. Diantaranya adalah Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak
mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah
Utsman.[17]
Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar
keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara ini secara damai. Namun
ajakan itu ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyatpun berkobar. Perang ini
dikenal dengan nama perang “Jamal”. Zubair dan Tholhah terbunuh, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
d)
Pusat Pemerintahan dari Madinah ke Kufah
Ali memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah
(Januari 657 M) di karenakan para pengikut Ali paling banyak berada di Kufah.[18]
e)
Berusaha Menghentikan Perlawanan Mu’awiyah
Kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya
perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah
bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Dari Kufah Ali bergerak menuju Damaskus dengan
sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin.
Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, khowarij. Akibatnya,
dipenghujung pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi 3 kekuatan politik,
yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Ali) dan Khowarij (orang-orang yang keluar
dari Ali)
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali, sementara posisi
Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan Tahun 40 H (660 M), Ali
terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij[19]. Dengan demikian berakhirlah masa
Khulafa Ar-Rasyidin.
Simpulan
Dalam catatan sejarah islam klasik, persoalan pertama
yang muncul dan menjadi masalah besar setelah Rasulullah wafat adalah soal
suksesi. Persoalan ini muncul karena sejak awal kepemimpinan Rasulullah hingga
akhir hayatnya, beliau tidak memberikan isyarat atau atau menunjuk kira-kira
siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai seorang kepala negara dan kepala
pemerintahan. Persoalan ini sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat muslim
untuk melakukan proses pemilihan setelahnya dengan mekanisme yang didasari atas
prinsip syura. Prinsip dasar ini kemudian diterapkan pada masa-masa awal ketika
kelompok ketika masyarakat Muhajirin dan Anshar tengah mendiskusikan persoalan
khilafah di Tsaqifah Bani Saidah. Dengan mekanisme dan prinsip syura, akhirnya
terpilihlah Abu Bakar sebagai pengganti jabatan Nabi Muhammad sebagai kepala
pemerintahan dan negara. Para pengganti Rasulullah sebagai dalam masalah
kepemimpinan negara dalam sejarah Islam disebut Khulafa Al-Rasyidin, yaitu
para khalifah yang mendapat petunjuk Allah untuk menjalankan amanat demi
kebenaran.
Sementara Umar Bin Khattab diangkat dan dipilih oleh
para pemuka masyarakat dan disetjui secara aklamasi oleh umat muslim. Proses
pengankatan ini diawali dengan ijtihad Abu Bakar yang meminta Umar bin Khattab bersedia
menggantikan kedudukannya kelak, jika ia meninggal dunia.
Sedang Utsman bin Affan dipilih dan diangkat oleh
dewan yang dibentuk khalifah Umar, prosedur ini ditempuh guna memaksimalkan
potensi yang ada di masing-masing sahabat, selain tetap mempertahankan prinsip
syura, yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu tampinya Ali bin Abi Thalib kepucuk
kepemimpinan, ketika negara mengalami krisis politik, akibat peristiwa
terbunuhnya Utsman bin Affan oleh pemberontak yang tidak setuju atas kebijakan
yang dikeluarkan selama masa pemerintahannya.
[1] Ibnu Katsir, 2006:73
[2] Ibnu Katsir, 2006:76
[3] Ibnu Katsir, 2006:101
[4] Ibnu Katsir, 2006:119
[5] Badri Yatim, 1993:36
[6] Abdul Karim, 2007:84
[7] Ibnu Katsir, 2006:170
[8] Abdul Karim, 2007:86
[9] Abdul Karim, 2007:90
[10] Abdul Karim, 2007:91
[11] Abdul Karim, 2007:91
[12] Badri Yatim, 2003:39
[13] Ibnu Katsir, 2006:349
[14] Ibnu Katsir, 2006:350
[15] Badri Yatim, 1993:38
[16] Hasan Ibrahim Hasan, 1989:62
[17]Badri Yatim, 1993:39
[18] Abdul Karim, 2007:107
[19] Badri Yatim, 1993:40
DAFTAR PUSTAKA
Sutiah, Ratu
dan Maslani. 2011. “Sejarah Perdaban Islam”. Bandung: CV Insan Mandiri.
Murodi, Dr.
2011. “Sejarah Kebudayaan Islam”. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Ali, K.
1997. “Sejarah Islam; Tarikh Pramodern”. Jakarta: Sri Gunting.
Badri,
Yatim. 1988. “Sejarah Peradaban Islam”. Jakarta:
www.akhmadrowi.blogspot.com.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !