PENGARUH PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABASIYAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Akhmad Rowi, MH
MAKALAH
Disusun Oleh :
Haris Muhammad
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam.
Para ahli sejarah tidak meragukan
hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan
ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
B. Permasalahan
Dalam makalah ini permasalahan yang
akan kami bahas adalah :
1.
apasejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah ?
2.
Bagaimana sistem politik , perkembangan iptek dan pemikiran filsafat, ilmu kalam, ilmu
fiqih, dan ilmu tasawuf pada masa bani Abbasiyah. ?
BAB II
PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM MASA ABBASIYAH
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani
Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258M.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan
yang paling dahsyat dan merupakan puncak
dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani
Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan
jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan
bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja
pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur
sosial dan ideologi, sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah
merupakan suatu revolusi.
Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat
sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khulafaurrasyidin.
Hal ini dapat dilihat dengan perkataan Khalifah
Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain:
a.
Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri,
panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya
dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
b.
Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
c.
lmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
d.
Kebebasan berpikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
e.
Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan
tugasnya dalam pemerintah.
Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah
mengalami penurunan, terutama kekuasaan
politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan
kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan politik
saja. Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya, dan mereka telah mendirikan
atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah
kecil, contoh; Daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, daulah Fatimiyah.
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh
para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari
kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu: pertama,
tindakan keras terhadap Bani Umayah, dan kedua pengutamaan orang-orang turunan
persia.
Berdasarkan perubahan, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu:
Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu:
1. Periode Pertama (750-847 M)
Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah kekuasaan para
Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada ini
sebagai berikut:
a.
Abul Abbas as-saffah (750-754 M)
b.
Abu Ja’far al mansyur (754-775 M)
c.
Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
d.
Abu Musa Al-Hadi (785-786 M)
e.
Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
f.
Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
g.
Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
h.
Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
i.
Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
j.
Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861 M)
2. Periode kedua (232-590 H / 847-1194 M)
Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari sistem sentralistik pada sistem
desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom:
a. Kaum Turki (232-590 H)
b. Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
c. Golongan Bani Saljuq (447-590
H)
Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa Khalifah Abbassiyah.
3. Periode ketiga (590-656 H / 1194-1258 M)
Pada periode ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah, tetapi hanya
di baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya. Sedangkan para ahli kebudayaan Islam
membagi masa kebudayaan Islam di zaman daulah Abbasiyah kepada 4 masa, yaitu:
a. Masa Abbasy I, yaitu semenjak
lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750 M, sampai meninggalnya Khalifah
Al-Watsiq (847 M).
b. Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah
Al-Mutawakkil (847 M), sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
c.
Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M)
sampai masuk kaum Saljuk ke Baghdad (1055 M).
d.
Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya
orang-orang Saljuk ke Baghdad (1055 M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa
Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).[1]
C.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Masa Bani Abbasiyah
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun
Ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin
walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara
hingga ke India
Pada masanya hidup pula para filusuf, pujangga, ahli baca Al-Quran dan para
ulama di bidang agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, didalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Khalifah
Harun Ar-Rasyid sebagai orang yang taat beragama, menunaikan ibadah haji setiap
tahun yang diikuti keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama dan
berderma kepada faqir miskin.
Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu Alquran,
qira’at, hadits, fiqih, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab fiqih
tumbuh dan berkembang pada masa dinasti Abbasiyah. Disamping itu berkembang
pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi,
aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. [2]
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Blue Mosque di
Konstantinopel atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah
Al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville,
Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada.
Kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal
yaitu:
1.
Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat
itu sangat penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa
dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk
melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2.
Gerakan Terjemah Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing
dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran,
filsafat, kimia dan sejarah.[3]
D.
Pemikiran Filsafat, Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh,
dan Ilmu Tasawuf pada Dinasti Abbasiyah
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para
alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
1.
Filsafat
Kajian filsafat dikalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa daulah
Abbasiyah, diantaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa
Arab. Para filusuf Islam antara lain:
a.
Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
b.
Abu Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh
gelar Al-Mualimuts Tsani, yaitu guru kedua.
c.
Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang filsuf yang
menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato. Selain
filsuf Avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara buku yang
terkenal adalah Asy-Syifa dan Al-Qanun fi Ath-Thib.
d.
Ibnu Bajah (w. 581 H)
e.
Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqdzan.
f.
Al-Ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali mendapat julukan Al-Hujjatul Islam.
Karyanya antara lain: Maqasid Al-Falasifah, Al-Munqid Minadh Dhalal, Tahafut
Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
g.
Ibnu Rusyd di Barat dikenal dengan Averros (1126-1198 M). Ia seorang
filsuf, dokter dan ulama.
2.
Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk
membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah
termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali,
Sajastani dan lain-lain.
3.
Fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu
menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini misalnya, imam Abu Hanifah
menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar, imam malik
menyusun kitab al-muwatha’, imam syafi’I menyusun kitab al-Umm dan fiqih
al-akbar fi al tauhid, imam ibnu hambal menyusun kitab al musnad ahmad.
4.
Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak
pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim
mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal
yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah ihya ulum
al-din.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dinasti abbasiyah berkuasa sejak
tahun 132 H – 656 H.
Para sejarawan membagi masa pemerintahan
Bani Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu:
1.
Periode
pertama (750-847 M)
2.
Periode kedua (232-590 H / 847-1194 M)
3.
Periode ketiga (590-656 H / 1194-1258 M)
Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum
yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom.
Bidang-bidang ilmu pengetahuan
keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih,
tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Samsul Munir Amin, MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah,
2010),
Dr. Ali Mufrodi, Islam di
Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997),
Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
www.akhmadrowi.blogspot.com.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !