Headlines News :
.
Home » , , » Unsur Spiritual sebagai Benteng Peradaban Islam (Nurul Hidayah-FAI UNISFAT)

Unsur Spiritual sebagai Benteng Peradaban Islam (Nurul Hidayah-FAI UNISFAT)

Written By Akhmad Rowi on Senin, 28 April 2014 | 20.48

akhmadrowi.blogspot.com.






UNSUR SPIRITUAL
SEBAGAI BENTENG PERADABAN ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. Akhmad Rowi, M. H.






Oleh:
NURUL HIDAYAH
NIM : C.1.4.11.0076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan rasa cemas orang berbicara mengenai antisipasi masa depan. Apaplagi benda benda yang bernama masa depan itu di sini sering dikaitkan dengan era globalisasi. Era macam itu dalam benak kita serba mengancam. Elemen kebudayaan lokal harus masuk kancah pergaulan budaya global, dengan resiko terkoyak-koyak dan punah. Dalam lingkup kehidupan agama pun rasa cemas itu ada, para pemimpin umat dan para perumus kebijakan umat jauh-jauh hari sering mulai bicara perkara masa depan.
Walaupun demikian di Indonesia masih banyak masyarakatnya yang menganut spiritualisme kuno seperti percaya pada roh-roh halus yang mempunyai kekuatan dan benda-benda yang dipercayai dapat membawa keberuntungan, semua itu tidak terlepas dari spiritualisme jawa yang penuh dengan unsur-unsur klenik. Seperti yang terjadi di Solo di mana masyarakatnya masih mempercayai kotoran kebo bule sebagai benda yang diyakini dapat mengobati segala macam penyakit.
B.     Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian spiritual ?
2.       Bagaimana urgensi unsur spiritual dalam membentengi peradaban Islam?
C.    Tujuan penulisan
1.      Untuk memahami konsep spiritualisme dalam Islam.
2.      Untuk menambah wawasan khususnya mahasiswa dan umumnya para pembaca.
3.      Menumbuhkan motivasi diri untuk mendalami kajian spiritualisme Islam.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Spiritual Islam
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.” Dalam perkembangan selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan
1.      kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos,
2.      kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi,
3.      makhluk immaterial,
4.      wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).[1]
Sementara itu, Allama Mirsa Ali Al-Qadhi dikutip dalam bukunya Dr. H. M. Ruslan, MA mengatakan bahwa spiriritualitas adalahtahapan perjalanan batin seorang manusia untuk mencari dunia yang lebih tinggi dengan bantuan riyadahat dan berbagai amalan pengekangan diri sehingga perhatiannya tidak berpaling dari Allah, semata-mata untuk mencapai puncak kebahagiaan abadi.[2]
Selain itu, dikutip pada buku yang sama, Sayyed Hosseein Nash salah seorang spiritualis Islam mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu yang mengacu pada apa yang terkait dengan dunia ruh, dekat dengan Ilahi, mengandung kebatinan dan interioritas yang disamakan dengan yang hakiki.[3]
Spiritualitas menurut Ibn ‘Arabi adalah pengerahan segenap potensi rohaniyah dalam diri manusia yang harus tunduk pada ketentuan syar’I dalam melihat segala macam bentuk realitas baik dalam dunia empiris maupun dalam dunia kebatinan.[4]
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1.      Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2.      Menemukan arti dan tujuan hidup,
3.      Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4.      Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.[5]
B.     Spiritual Sebagai Benteng Peradaban Islam
Sebagai benteng peradaban Islam unsur spiritual sangat urgen dalam membentengi jati diri umat Islam. Apapun model gerakan yang dibentuk, semuanya harus memiliki tujuan untuk membangun peradaban yang sesuai dengan ajaran Islam.
Contoh spiritual dalam membentengi peradaban islam yaitu Jika tawaran dari Barat tidak bertentangan dengan Islam, maka boleh diambil, tetapi jika sebaliknya, maka harus ditolak. Artinya, apa yang datang dari Barat tidak semuanya ditolak (negative), karena dunia saat ini dunia berada di bawah genggaman mereka, tetapi peradaban yang datang dari mereka juga harus difilter dengan tekat dan semangat untuk membengaun peradaban islam dan diseleksi, agar masyarakat muslim di Indonesia tidak terkena virus Westernisasi. Sebab jika peradaban Barat diterima sepenuhnya, bisa berakibat pada munculnya masyarakat jahiliyah abad modern. Padahal bangsa Arab dan masyarakat Barat maju karena Islam. Untuk itu, gencarnya arus modernisasi Barat harus selalu dibentengi dengan ajaran Islam yang kuat atau dapat kita katakana sebagai unsur spiritual.
Dengan menjadikan Barat sebagai acuhan dalam membangun peradaban, maka masyarakat Islam akan bergantung kepada Barat. Saat ini saja sudah dapat dilihat bagaimana hampir seluruh negara muslim bergantung kepada Barat, sehingga mereka tidak mampu menentukan sikap di saat harus berhadapan dengan kekuatan Barat. Bagaimana konflik di Palestina sebagai bukti lemahnya kekuatan politik negara-negara Islam, di mana umat Islam tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan saling mendahulukan kepentingan negaranya untuk mencari dukungan diplomatis dari Barat.
Padahal, peradaban Barat yang kini terbentuk merupakan hasil yang dicuri dari peradaban Islam. Banyak pemikiran, penemuan dan buku-buku yang diplagiat atau diambil secara tidak jujur. Yang perlu dicatat lagi adalah bahwa kemajuan peradaban yang dialami Barat hanya sebatas tekhonologi, bukan spiritual.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh mengalami inferiority complex (rendah diri) melihat peradaban Barat yang semu. Apalagi banyak yang memprediksikan bahwa peradaban Islam abad 21 ini akan muncul di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia dan Malaysia. Bagaimana masjid, pesantren, lembaga pendidikan Islam, gerakan masa yang muncul dari umat Islam di Indonesia, bahkan semangat berpolitik pun sudah diwarnai oleh sentimen keagamaan yang tinggi. Maka perhatian dunia Barat kini pun tertuju kepada Indonesia dan Malaysia, dengan memberikan banyak suplai dana kepada lembaga-lembaga yang mampu melemahkan kelompok-kelompok Islam di Indonesia.
Dalam sejarahnya, ketika filsafat Romawi dan Yunani "mati" mereka tidak mampu menghidupkannya kembali. Lalu, oleh al-Kindi, filsuf Islam, pemikiran-pemikiran seperti Aristoteles dan Plato dimodifikasi dan diklasifikasikan. Dalam kajiannya, Plato mengatakan bahwa tuhan hanya "duduk manis", kemudian dirubah oleh al-Kindi tuhan adalah tuhan al-Khalik (pencipta). Begitu juga ketika Aristoteles mengatakan tuhan the first (yang pertama), al-Kindi merubahnya menjadi tuhan al-Haq (yang benar). Masih banyak lagi bukti, bahwa peradaban dan tradisi ilmu Islam jauh lebih maju ketimbang eropa dan Barat ketika itu. Peradaban Islam itu dibangun dengan tradisi ilmu.
Maka Dengan demikian tugas umat Islam saat ini adalah membangun peradaban Islam, dengan cara sering memunculkan wacana dan konsep mengenai peradaban Islam. Jangan hanya rajin turun ke jalan tetapi tidak tahu bagimana konsep membangun peradaban. Peradaban Islam yang harus dibangun di dunia modern sekarang ini adalah peradaban Islam modern yang mandiri, yaitu peradaban yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat Islam modern, bukan kebudayaan pra-Islam atau kebudayaan asing yang merusak generasi muslim. Yaitu, peradaban yang berpijak pada teks al-Qur’an dan Hadits, karena masa kejayaan Islam di Masa Nabi, ketika al-Qur'an dan Hadits sebagaim pedomannya, hingga kini tidak dapat tertandingi. Hal itu penting karena asas dari sebuah peradaban adalah pemikiran. Pemikiran Islam harus bersumber dari al-Quran dan Hadits.
Jika di atas disebutkan bahwa peradaban Barat hanya dalam bentuk fisik, sementara peradaban Islam dibangun dalam bentuk fisik dan spiritual, maka dalam membangun peradaban Islam modern juga demikian, harus memperhatikan aspek spiritual. Dengan begitu, peradaban fisik tidak akan merusak generasi muslim dari sisi spiritualnya, tidak sebagaimana peradaban Barat, yang telah banyak merusak generasi muda.
Iqbal sendiri memberikan apresiasi yang tinggi terhadap peradaban fisik dan pemikiran yang dikembangkan oleh Barat. Tetapi, sikap mengabaikan pilar dzikr dinilainya sebagai sebuah sarang yang ditaruh di atas dahan yang rapuh dan tidak akan bertahan lama. Menurut Iqbal dalam membangun peradaban Islam yang modern, harus mengintegrasikan fisik dan spiritual secara baik. Dalam perspektif historis, ketika Nabi ingin membangun kota Madinah, yang beliau bangun pertama kali adalah masjid. Demikian pula dengan yang dilakukan oleh umat Islam pada periode kreatif dan dinamis, ketika dunia Islam menjadi pusat dari seluruh dunia beradab, yang pertama dilakukan ketika menaklukkan sebuah kota adalah mendirikan masjid dan sekolah.[6] Dua bangunan ini melambangkan betapa generasi awal itu telah berpikir jauh ke dunia abstrak yang diwujudkan dalam bentuk bangunan konkret: masjid adalah simbol dari dzikr, sedangkan sekolah adalah lambang dari aktivitas fikr. Tidak satu umat dalam perjalanan sejarah manusia yang begitu jelas merumuskan eksistensinya di permukaan bumi. Dzikr dan fikr adalah dua pilar peradaban yang kokoh.



























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Spiritualisme di dalam agama adalah kepercayaan, atau praktek-praktek yang berdasarkan kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang berangkat (saat meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad. Hubungan ini umumnya dilaksanakan melalui seorang medium yang masih hidup. Ada keterlibatan emosional yang kuat, baik pada penolakan maupun penerimaan terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian imparsial dipakai untuk membuktikannya.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan ''mendasar'' atau ''pokok". Mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat lelah, depresi, atau merasa terkalahkan? Orang Jawa mengemasnya dalam konsep sangkan paraning dumadi dan cakra manggilingan. Asal muasal manusia dan bahwa manusia itu berada dalam roda kehidupan yang berputar, kadang di atas, di samping, atau di bawah.
Unsur spiritual sangat mendukung dalam peradaban islam, terbukti dalam sejarah, dalam membangun peradaban Islam harus memperhatikan aspek spiritual. Dengan begitu, peradaban fisik tidak akan merusak generasi muslim dari sisi spiritualnya, tidak sebagaimana peradaban Barat, yang telah banyak merusak generasi muda.
Islam memiliki kecenderungan sebagai civil religion yang dihayati dan diamalkan sebagai reaksi terhadap perubahan masyarakat yang sangat cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan. Kita optimis tasawuf dan tarekatnya akan muncul menjadi semangat jaman. 
B.     Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan bagi semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada di UNISFAT. Bisa menambahkan wawasan yang luas dalam masa study belajar.






DAFTAR PUSTAKA

Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-Zikra,2008),h.16
 www.akhmadrowi.blogspot.com.


[2] Ibid.
[3] H.M. Ruslan, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-Zikra,2008),h.16
[4] Ibid.h.253
[5] Ibid
[6] Gustave Le Bon, The World of Islamic Civilization.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AKHMAD ROWI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Tonitok