MAKALAH
Perubahan Peradabadan Islam
Pada masa Khulafa’ur Rasyidin
Di susun untuk memenuhi
Tugas
mata kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu : Drs. H. Akhmad Rowi, MH
Di susun oleh:
Chasnak Zubaidah
PROGAM
STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun
masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan
islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat Islam malas untuk
melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin
mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi
sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita
pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang
lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah
merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana
kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu
Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat,
terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang
kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya
tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan
juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan
islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang
lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman
Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa
pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman
sekarang ini seolah kita melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita
melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah islam yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Riwayat singkat Abu Bakar
Ash-Shiddiq
2. Proses dilantiknya Abu Bakar menjadi
Khalifah
3. Perkembangan pemerintahan pada masa
Abu Bakar baik dalam segi politik, ekonomi dan sosial.
4. (penyebaran) Islam pada zaman Abu Bakar.
5. Islam pada masa Abu Bakar
6. Wafatnya (meninggalnya) Khalifah Abu
Bakar.
C. Tujuan
Penulisan
Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
ü Mahasiswa
mampu menceritakan sejarah peradaban Islam pada zaman Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq
ü Mahasiswa mampu
menjelaskan latar belakang khalifah Abu Bakar, baik dari segi keturunannya,
proses menjadi khilafah, dan wwaktu wafatnya.
ü Mahasiswa mampu
memahami apa saja perkembangan yang terjadi pada masa ke khalifaan Abu Bakar
Ash-Shiddiq, baik dari bidang politik, sosial, ekonomi, dan pengetahuan.
ü Mahasiswa mampu
memahami dan menggambil ibrah dari sejarah para sahabat Nabi, terlebih-lebih
Abu Bakar Ash-Shiddiq.
D. Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran
tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur
buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media
massa/internet. Dan diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman.
BAB II
PEMBAHASAN
KHALIFAH ABU
BAKAR ASH-SHIDDIQ
A. Abu
Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau,
sedangkan nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr
bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi
Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu
pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat
berpengaruh pada tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh
besar. Ayahnya bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama
Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.[1]
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abdullah
kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar (
Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa
membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai
didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa
Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad.
Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta
bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah
ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit.
Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut.[2] Tercatat dalam sejarah, dia pernah
membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraish, menemani Rasulullah
Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memperdekakannya, seperti yang
dilakukannya terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lainnya.[3]
Abu Bakar adalah sahabat
Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia hendak menemui Rasulullah saw, ketika
ketemu dengan Rasulullah saw , dia berkata ”Wahai Abul Qosim(panggilan
Nabi),ada apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan
orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu
dan lain lain lagi..? Rosulullah saw bersabda “Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah swt dan aku mengajak kamu kepada Allah swt, setelah selesai
Rasulullah saw berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk Islam. Melihat
keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara
kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau.
Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam,dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun
masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum, Abu Ubaidah
bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil
Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk
Islam.
Sedangkan Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama
sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi
Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn Abi Bakar menerima Islam.
Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpegaruh besar dalam
Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam
karena diajak oleh Abu Bakar adalah :
Utsman bin Affan (yang akan menjadi
Khalifah ketiga)
Ø
Al-Zubayr
Ø
Talhah
Ø
Abdur
Rahman bin Awf
Ø
Sa`d
ibn Abi Waqqas
Ø
Umar
ibn Masoan
Ø
Abu
Ubaidah ibn al-Jarrah
Ø
Abdullah
bin Abdul Asad
Ø
Abu
Salma
Ø
Khalid
bin Sa`id
Ø
Abu
Hudhaifah bin al-Mughirah
Sebagaimana yang juga dialami oleh para
pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh
penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak.
Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga
dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong
Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian
memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu
Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan
Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan
Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
B. Abu Bakar
Menjadi Khalifah
Rasulullah,
Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah dan
sebagai kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan
wafatnya. Namun jabatan kedua perlu ada penggantinya, Belum lagi
Rasulullah dikebumikan , disebuah tempat yang bernama “ Saqifah bani Sa’idah
telah terjadi perselisihan pendapat antara golongan Anshor dan golongan
muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan. Ketika Rasulullah wafat,
beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya kelak, pada saat
Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk
cepat-cepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisishan pertama yang
terjadi pasca rasulullah wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke saqifah
(suatu tempat dimadinah yang biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk membahas
suatu masalah).[5]
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada
hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk
menjadi Imam. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat
tersebut. Adakah suatu pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak.
Berita perdebatan dua golongan ini kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat
terkemuka seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab dan Utsman Ibn Affan yang sedang
berada di rumah Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang sibuk mengurus jenazah
Rasulullah.
Mendegar berita ini akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat
terkejut, kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut
yang sedang berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Dalam
pertemuan tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin
Ubaidah, sebagai pengganti Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab
atas pandangan tersebut. Ketika perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato
dihadapan mereka dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan
Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin memilih salah satu dari sahabat
yaitu Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya menolak, dan keduanya
berkata, “Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini selama engkau
masih ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia,
Engkaulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar
oleh orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang pernah Rasulullah
untuk menjadi Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit…Untuk itu tengadahkanlah
tanganmu wahai Abu Bakar, kami hendak membaiatmu.
Pada awalnya Abu bakar sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab
memegang tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu
Ubaidillah, setelah kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat
yang ada di Saqifah bani Sa’idah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor.
Kemudian Abu Bakar berpidato; “Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk
mengandalikan urusanmu padahal aku bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka
jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku
berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang kamu pandang kuat saya pandang
lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya, sedang orang yang kau pandang
lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat mengambalikan hak kepadanya.
Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi
bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku.
Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian”.[6] Pidato yang diucapkan setelah
pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar
terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan tertinggi bagi
umat sepeninggal Nabi.
Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa Abu Bakar dipilih secara aklimasi,
walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib,
Abbas, Thalha, dan Zubair yang menolak dengan hormat.[7] Pembahasan-pembahasan tentang khalifah
ini akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam. Dengan terpilihnya
Abu bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia
Islam.
C. Pemerintahan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar
ketika ia di angkat menjadi khalifah seperti yang di atas. Secara lengkaf isi
pidatonya sebagai berikut :
“Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku
dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka
luruskanlah! orang yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku
dapat mengambil hak darinya, sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang
kuat , sehingga aku dapat mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat
kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak
mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat,
semoga Allah merahmati kalian”.
Ucapan yang pertama sekali yang diucapkan oleh Abu Bakar ketika di bai’at, ini
menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan.
Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketataan rakyat,
mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai
intisari takwa. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu bakar
melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam kenegaraan maupun
pengurusan terhadap agama, di antara kebijaksanaannya ialah sebagai berikut :
Ø Kebijaksanaan
pengurusan terhadap Agama
Ada beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama
antara lain :
1. Memerangi Nabi
palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari
ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan
tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang
tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti
Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al
Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta
beberapa pemberontakan dari beberapa kabilah.[8]
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas (11) pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap
pemimpin pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas
daerah yang ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan
untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang
musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak
memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Di antara wasiat yang disampaikan
Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati suatu kaum yang secara
khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka
sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang
panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Adapun sebelas panglima dan
tugasnya adalah sebagai berikut :
·
Khalid bin
Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku sebagai
Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah, suatu
daerah di Arab tengah.
·
Ikrimah bin Abu
Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang kepala suku
yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang
terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
·
Syurahbil bin
Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan. Jika
tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah
Yamamah.
·
Muhajir bin
Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi (orang
yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju
Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di
Jazirah Arab selatan.
·
Huzaifah bin
Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang terletak
diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku
Nabi.
·
Arfajah bin
Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman yang
terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam
dibawa pemimpinan Abu Bakar.
·
Suwaib bin
Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak sepanjang
pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
·
Al-Alla’ bin
Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang murtad dari
Islam.
·
Amru bin Ash
ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat laut
Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
·
Khalid bin
Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada diwilayah
tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan
pembangkangan terhadap Islam.
·
Ma’an bin Hijaz
mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku Salim dan
Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke
Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya
berkata,
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang
pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang
Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin
mengalami musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki
eksistensi sepeninggalanmu.”[9]
Abu Bakar
kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah
memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga
berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan
memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
2. Pengumpulan
Al-Qur’an
Selama
peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan
bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah
Abu Bakar.
3. Ilmu
Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari
segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam
terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan
lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis
ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan
oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini
adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat
berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.[10]
Ø Kebijaksanaan
Kenegaraan
Suyuthi Pulungan ada beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan,[11] yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang
eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin
Affan, dan Zaid bin tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai
bendaharawan. Serta Umar bin Khathab sebagai hakim Agung. Untuk daerah
kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi
ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
·
Itab bin Asid
menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
·
Ustman bin Abi
Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
·
Al-Muhajir bin Abi
Umayyah, amir untuk San’a
·
Ziad bin Labid,
amir untuk Hadramaut
·
Ya’la bin
Umayyah, amir untuk khaulan
·
Abu Musa
Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
·
Muaz bin Jabal,
Amir untuk Al-Janad
·
Jarir bin Abdullah,
amir untuk Najran
·
Abdullah bin
Tsur, amir untuk Jarasy
·
Al-Ula bin
hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria) dipercayakan
kepada para pemimpin Militer.[12]
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin
agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian,
setiap amir diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib,
amil, Dan sebagainya.
2. Pertahanan dan
Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid
bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
3. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa
pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat
dikala itu dikenal ‘alim.
4. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat
dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta
tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat
sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah dilakukan
secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar. Allah
sendiri berfirman :
والذين استجابوا لربهم واقاموا الصلاة
وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون.
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) denngan
musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagaian dari rizki yang kami
berikan kepada mereka”.[13]
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah
dengan jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam
pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah setia.[14] Dengan demikian, secara nyata,
pengangkatan Abu bakar sebagai khalifah disetujui.
D. Penyebaran dan
Kekuasaan islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus
dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam,
yaitu dengan dakwah dan perang.[15] Setelah dapat mengembalikan stabilitas
keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada
masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai
dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua
kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara
Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka
sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat
perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal
bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi
mempertahankan Islam.[16]
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai.
Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari
tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan
Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu
Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota
Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia
berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan
Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang
panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok
tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut :
·
Abu Ubaidah bin
Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
·
Amru bin Ash
mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di
bawah kekuasaan Romawi Timur.
·
Syurahbil bin
Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
·
Yazid bin Abu
Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi
baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.[17]
E. Peradaban Pada
Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja
besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan
Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum
muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an
setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah.
Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah
Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar
terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
Ø Dalam bidang
penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan
dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber
pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
Ø Praktik
pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan
atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada
beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah.
Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.[18]
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang
perlu dicatat :
·
Abu Bakar dalam
menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan
konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
·
Abu Bakar tidak
menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih seorang
yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh
rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
·
Pengukuhan Umar
menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu baiat
umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
F. Wasiat Abu
Bakar terhadap Umar bin Khathab
Setelah
mengetahui kesepakatan semua orang atas penunjukan Umar sebagai pengganti, Abu
Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan surat tersebut, adapun
wasiat tersebut berbunyi :
“Bismillahirrahmanirrahim. Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah
Rasulullah, pada akhir kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akhirat,
di mana orang kafir akan beriman dan orang fajir akan yakin. Sesungguhnya. aku
telah mengangkat Umar ibnul Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bersabar dan berlaku adil.
itulah yang kuketahui tentang dia dan pendapatku tentang dirinya. Ketika dia
menyimpang dan berubah, aku tidak mengetahui hal yang ghaib. Kebaikanlah yang
aku inginkan bagi setiap apa yang telah diupayakan. Orang-orang yang zhalim
akan mengetahui apa nasib yang akan ditemuinya.”
Abu Bakar
menstempelnya. Surat wasiat ini lalu dibawa keluar oleh Utsman untuk dibacakan
kepada khalayak ramai. Mereka pun membaiat Umar ibnul Khaththab. Peristiwa ini
berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriah.
G. Wafatnya Abu
Bakar Ash-Shiddiq
Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit.
Pada musim dingin hari itu, Abu Bakar mendi, lalu ia terserang demam yang
sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ia ditawari
untuk dipanggilkan dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata,
“Aku pembuat sekendakku”[19]
Dalam sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain
bersih yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak
mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata, “orang yang hidup lebih memerlukan
yang baru daripada yang sudah mati, kapan itu hanya buat cacing dan tanah”.
Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq
pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Agustus
tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari, dikebumikan di kamar
Aisyah di samping makan Sahabatnya yang mulia rasulullah Saw.[20]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa
‘Ibrah yang dapat diambil. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah
Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di
antaranya :
1. Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu
‘anhu berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli wal-’Aqdi dari kalangan
sahabat termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu ‘anhu ikut serta dalam
pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun nash
al-Qur’an atau Sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang sepeninggal
Rasulullah Saw.
Seandainya ada nash yang menegaskannya, niscaya tidak akan ada syura untuk
menentukannya dan para sahabat tidak akan berani melangkahi apa yang ditegaskan
oleh nash tersebut.
2. Perbedaan
pendapat yang terjadi di Saqifah bani Sa’idah antar para tokoh sahabat, dalam
rangka memusyawarahkan pemilihan khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi
tuntutan pembahasan suatu permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata
atas perlindungan Pembuat syariat (Allah) terhadap beraneka pendapat dan
pandangan dari segala bentuk pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut
masalah yang tidak dinyatakan secara tegas dan gamblang oleh nash. Jalan untuk
mencapai kebenaran tentang setiap masalah yang didiamkan oleh Pembuat syariat
ialah dengan mengemukakan berbagai pandangan dan membahas semuanya dengan
objektif, bebas, dan jujur. Musibah yang dihadapi kaum Muslimin saat itu sangat
besar dan persoalannya pun sangat pelik. Seandainya para sahabat tidak
menemukan satu pilihan (calon tunggal) yang ditawarkan untuk divoting kemudian
disepakati, niscaya hal tersebut merupakan syura palsu dan kesepakatan yang
dipaksakan dari luar.
3. Nasihat Ali
Radhiyallahu ‘anhu kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu agar tidak ikut terjun
memerangi kaum murtad. Ali mengkhawatirkan kaum Muslimin jika beliau terbunuh.
Hal ini menjadi bukti nyata atas kecintaan Ali Radhiyallahu ‘anhu yang sangat
mendalam terhadap Abu Bakar. Merupakan bukti nyata pula bahwa Ali telah
sepenuhnya menerima Khalifah Abu Bakar dan kelayakannya untuk memimpin kaum
Muslimin.
4. Setiap Muslim
yang merenungkan sikap yang diambil oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu terhadap
kabilah-kabilah yang murtad dan tekad yang begitu kuat untuk memerangi
kabilah-kabilah tersebut sehingga berhasil meyakinkan semua sahabat yang pada
mulanya tidak bersedia melakukannya, niscaya akan meyakini adanya hikmah Allah
yang telah mengangkat orang yang sesuai dan untuk menghadapi tugas yang sesuai
pula. Siapa pun di antara kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa di
kalangan sahabat ada orang yang lebih patut dari Abu Bakar untuk menghentikan
badai (kemurtadan) tersebut dan mengembalikannya ke pangkuan Islam.
5. Para ahli
sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa
besar dari khalifah Abu Bakar. Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal
Al-Qur’an yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian
Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti
beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu
Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan
persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus
Hafalannya.
6. Setelah dapat
mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua
kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara
politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah
sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan
Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha
melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat
Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju
untuk berperang demi mempertahankan Islam
7. Pengukuhan
imamah tidak dapat diakui sah kecuali setelah mengemukakan kepada kaum Muslimin
kemudian pernyataan ridha dari kaum Muslimin terhadap imamah yang telah
diwasiatkan tersebut. Jadi, ditetapkannya imamah hanyalah dengan keridhaan
tersebut. Yakni, seandainya Abu Bakar mewasiatkan khalifah kepada Umar, tetapi
kaum Muslimin tidak meridhainya, wasiat tersebut tidak ada nilainya.
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran
dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Rida. Abu
Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 7-8
Dewan
Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jilid I, PT Ikhtiar Baru van Hoeve
Jakarta, 993. Hal 38
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul
Fikr, Beirut. Hal 11-12
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2008, hlm. 69. Lihat juga Suyuty pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan
Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 107-108
Humam, Terjemah Islamic And History
From Colture, Oleh Hasan Ibrahim. Cetakan I, Yogyakarta Kota Kembang,1989.
Hal 32
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul
Fikr, Beirut. Hal 52
http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq/
Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta , Raja
Grafindo Persada, 1997. Hal 34
Suyuty pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran
Islam, PT Rajawali Prees J akarta,1994. Hal 112-113
Ali Mufradi, Islam dan Kawasan
Kebudayaa Arab, Jakarta, Logos, Wacana Ilmu, 1997. Hal 107
Al-Qur’an Surah As-Syura ayat 38
Humam, Terjemah Islamic And History From Colture, Oleh
Hasan Ibrahim. Cetakan I, Y ogyakarta Kota Kembang,1989. Hal 32
Departemen Agama RI, Sejarah dan
kebudayaan Islam, Proyek Pembinaan PTA IAIN Alauddin, Ujung Padang, 1982.
Hal 65
Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati, Sejarah
dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees ,1994. Hal 109
Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta , Raja
Grafindo Persada, 1997. Hal 30 . lihat juga Ibnu katsir, al-Bidayah
wan-Nihayah, Hal 301
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !