MAKALAH
PENGARUH PERADABAN ARAB
TERHADAP PERADABAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. AKHMAD ROWI, M.H
Disusn Oleh :
Muklisin
Nim : C.1.4.11.0073
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIFERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peradaban merupakan pohon besar yang
akarnya kokoh menancap di bumi dan di atas bumi itu terdapat bangsa Arab dan
Islam, sementara di langit pohon itu menjulang memancarkan cahaya peradaban
Arab dan Islam. Beberapa abad sebelum munculnya Islam, kekacauan dan keruntuhan
telah menimpa semua peradaban besar.
Ketika Islam sebagai agama yang
agung muncul dengan membawa benih-benih peradaban yang besar dan secara
terang-terangan menghimbau untuk mempelajari ilmu dan menjadikannya sebagai
jalan utama dalam kehidupan, maka para pecinta ilmu mulai mempelajari warisan
peradaban yang telah ada sebelumnya. Warisan peradaban yang dipelajarinya
secara otomatis tentu dimulai dari peradaban terakhir yang mereka ketahui,
yaitu peradaban Yunani dan India, dan bukan peradaban yang sebelumnya dan lebih
lama usianya. Orang-orang Arab adalah bangsa yang sadar dan berperilaku baik
sehingga mereka tidak mengklaim karya bangsa lain dan mengaku-ngaku sebagai
karyanya sendiri, melainkan mereka tetap mengatakan sebagai karya pemilik yang
sebenarnya. Kemudian setelah itu, mereka secara bertahap mempelajarinya,
mengadakan riset, dan menciptakan berbagai penemuan sehingga ilmu mereka
bertambah dan mencapai puncak kejayaannya sepanjang sejarah peradaban. Bahkan
tidak separuh pun dari nilai peradaban itu dapat tertandingi oleh peradaban
lain yang telah ada sebelumnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
peradaban Islam itu?
2. Apa pengaruh
peradaban Arab terhadap Peradaban Islam?
BABII
PEMBAHASAN
A. Peradaban
Islam
Peradaban islam merupakan peradaban
yang besar, peradaban ini di Barat disebut dengan nama "The Islamic
Civilization" atau peradaban Islam. Akan tetapi kita selamanya lebih
mengutamakan untuk menamakannya sebagai peradaban Arab dan Islam. Disebut
peradaban Arab, karena pertama kali peradaban ini muncul di kalangan bangsa
Arab, sekalipun kemudian meluas dan dikembangkan oleh generasi Islam selain
bangsa Arab, baik melalui transfer ilmu, kesamaan tipologi dan standar, maupun
bahasa dan tulisannya.
Sedangkan penyebutannya sebagai
peradaban Islam, karena Islam sebagai penggagasnya dan selamanya akan menjadi
kekuatan yang menggerakkannya dengan ajaran-ajarannya yang kekal.
Firman Allah yang artinya "Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri." (Fushshilat: 53). Demikian juga dengan
hadist Nabi SAW "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang
lahat."Dan, "Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina."
Di sisi lain, peradaban ini disebut peradaban Arab karena sebagian tokoh
terbesarnya seperti; Hunain bin Ishaq, Yohana bin Masawih, Nabit bin Qarrah,
dan Ali bin Abbas Al-Majusi mereka adalah orang-orang Arab akan tetapi
non-muslim. Sedangkan disebut peradaban Islam, karena sebagian tokohnya yang
terbesar seperti; Ibnu Sina, Al-Biruni, Abu Bakar Ar-Razi, dan Al Khawarizmi
mereka adalah orang-orang muslim, akan tetapi bukan orang Arab. Dengan demikian
penyebutan peradaban ini dengan sebutan peradaban Arab dan Islam merupakan
suatu penyebutan yang komprehensif dan membuat kita tidak mengingkari keutamaan
orang-orang non-Arab atau non-muslim.
B. Pengaruh
Peradaban Arab terhadap Peradaban Islam
Pengaruh Arabisme atau peradaban
arab terhadap Islam muncul ketika terjadi proses sofistikasi Alquran di tangan
penafsir. Di samping itu dalam beberapa praktek ritual ibadah juga nampak ada
upaya pembingkaian dengan nuansa Arab. Kasus tentang pro kontra shalat, adzan,
atau khutbah menggunakan bahasa non Arab tampak sekali menggambarkan dominasi
kultur Arab.
Selain Abdul Moqsith Ghazali, diskusi yang digelar di kawasan Teater Utan Kayu itu sedianya juga menghadirkan Yusuf Rahman, dosen pasca sarjana UIN Jakarta. Tetapi karena ketidaksiapan Rahman, maka ia absen dari diskusi itu dan digantikan oleh Ulil Abshar Abdalla, intelektual muda NU sekaligus juga Koordinator JIL. Ulil pada kesempatan tersebut mensinyalir bahwa perdebatan tentang pemisahan Islam dari pengaruh Arabisme, secara tak disadari sebenarnya telah berlangsung sejak permulaan abad kedua hijriah, atau bahkan akhir abad pertama hijriah. Perdebatan tentang apakah seorang pemimpin harus dari suku Quraisy atau tidak mengingatkan Ulil pada kuatnya syahwat klan Arab untuk mengatur dan memengaruhi penafsiran yang bernuansa Arab.
Selain Abdul Moqsith Ghazali, diskusi yang digelar di kawasan Teater Utan Kayu itu sedianya juga menghadirkan Yusuf Rahman, dosen pasca sarjana UIN Jakarta. Tetapi karena ketidaksiapan Rahman, maka ia absen dari diskusi itu dan digantikan oleh Ulil Abshar Abdalla, intelektual muda NU sekaligus juga Koordinator JIL. Ulil pada kesempatan tersebut mensinyalir bahwa perdebatan tentang pemisahan Islam dari pengaruh Arabisme, secara tak disadari sebenarnya telah berlangsung sejak permulaan abad kedua hijriah, atau bahkan akhir abad pertama hijriah. Perdebatan tentang apakah seorang pemimpin harus dari suku Quraisy atau tidak mengingatkan Ulil pada kuatnya syahwat klan Arab untuk mengatur dan memengaruhi penafsiran yang bernuansa Arab.
Imam Syafi’i, adalah salah seorang
imam madzhab yang menjadi kiblat mayoritas umat Islam Indonesia, disebut oleh
Ulil dan Moqsith sebagai salah seorang yang ikut andil dalam melakukan
Arabisasi pada ajaran Islam. Hal ini terbukti dari upaya Syafi’i untuk
menjadikan Arab sebagai standar dalam mengatur kehidupan umat. Contoh kecil
yang cukup remeh, misalnya, ditunjukkan oleh Moqsith dalam hal menetapkan
halal-haram makanan. Bagi mereka (syafi’iyah) makanan yang halal adalah makanan
yang dianggap baik oleh orang Arab. Sebaliknya makanan yang tidak baik bagi
orang Arab maka dianggap haram. Praktek Arabisasi Islam ini bukan hanya menjadi
sebuah wacana, tapi juga telah direproduksi melalui teks-teks yang ditulis oleh
ulama abad pertengahan. Parahnya hal ini diterima oleh umat Islam apa adanya,
tanpa dilihat secara kritis. Bahkan kecenderungan ini banyak mewarnai praktek
beragama umat Islam sekarang. Inilah yang menjadi keprihatinan kedua pembicara
tersebut.
Urgensi pemisahan pengaruh budaya
Arab terhadap Islam, menurut Ulil, disebabkan adanya kecenderungan untuk
mencampuradukkan antara ajaran agama dengan budaya. Sehingga ajaran-ajaran yang
sifatnya partikular telah mengalami proses universalisasi yang luar biasa. Bahkan
tidak jarang hal-hal yang merupakan fakta alamiah atau sosiologis telah
dinaikkan menjadi fakta agama. Ulil mencontohkan tentang praktek qailulah atau
kebiasaan tidur siang Nabi menjelang dzuhur. Praktek tidur seperti itu sering
dipahami sebagai ajaran agama. “Padahal jika ditelusuri kebiasaan seperti itu
lebih dipengaruhi oleh unsur geografis Arab yang cuacanya panas”, papar Ulil.
Sehingga pada siang hari orang harus beristirahat dari aktifitasnya yang
melelahkan. Kebiasaan demikian itu oleh masyarakat non Arab diimport sebagai
bagian dari ajaran agama yang harus diikuti dan diteladani. “Bukan hanya
sebatas itu”, lanjut Ulil. Banyak sekali unsur-unsur budaya Arab lain yang
dipahami sebagai ajaran agama, seperti memanjangkan jenggot, menggunakan jubah,
surban, penutup kepala, bahkan juga jilbab.
Kekhawatiran lain diutarakan oleh
Moqsith. Menurutnya, kecenderungan Arabisme sekarang ini telah masuk dalam
regulasi Undang-Undang. Kecenderungan ini menurutnya bukan saja akan mereduksi
Islam menjadi hanya berwajah Arab, tapi juga akan menutup kemungkinan untuk
mengakomodir masuknya budaya-budaya lain dalam pemahaman agama. “Oleh karena
itu pemisahan Islam dari Arabisme harus segera dilakukan”, ucap Moqsith dengan
tegas.
Meskipun Arabisme harus dipisahkan
dari Islam, tapi bagi Ulil budaya dan peradaban Arab tetap harus diapresiasi.
Menurutnya ada dua wajah Arab, pertama adalah Arab yang tertutup dan membenci
budaya selain Arab serta menganggapnya rendah. Inilah yang ia sebut sebagai
Arab xenophobic. Kedua, adalah Arab sebagai sebuah peradaban yang
terbuka dan tidak membenci unsur lain di luar Arab. Sebagai orang yang lama
mengenyam pendidikan di bangku pesantren, Ulil sangat tertarik dengan bahasa
Arab. Menurutnya bahasa Arab saat ini adalah satu-satunya bahasa kuno yang
mampu bertahan dan hidup. Bukan hanya itu, bahasa Arab juga mampu berkembang
cukup pesat, tapi tetap tidak menyimpang jauh dari akarnya. Hal ini bisa
dilihat dari bahasa Alquran dan bahasa Arab dalam literatur klasik yang masih
tetap bisa dipahami oleh masyarakat modern. “Bahasa Arab juga mengandung
kelenturan luar biasa”, papar Ulil dengan nada takjub. Oleh karena itu
pemisahan Islam dari Arabisme, bagi Ulil hanya dilakukan terhadap Arab yang xenophobic.“Apa
yang tersisa dalam Islam bila harus dilucuti dari pengaruh Arabisme
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban islam merupakan peradaban
yang besar, peradaban ini di Barat disebut dengan nama "The Islamic
Civilization" atau peradaban Islam. Disebut sebagai peradaban Islam,
karena Islam sebagai penggagasnya dan selamanya akan menjadi kekuatan yang
menggerakkannya dengan ajaran-ajarannya yang kekal
Pengaruh Arabisme terhadap Islam muncul ketika terjadi
proses sofistikasi Alquran di tangan penafsir. Di samping itu dalam beberapa
praktek ritual ibadah juga nampak ada upaya pembingkaian dengan nuansa Arab
Meskipun Arabisme harus dipisahkan dari Islam, tapi
bagi Ulil budaya dan peradaban Arab tetap harus diapresiasi. Menurutnya ada dua
wajah Arab, pertama adalah Arab yang tertutup dan membenci budaya selain Arab
serta menganggapnya rendah. Inilah yang ia sebut sebagai Arab xenophobic.
Kedua, adalah Arab sebagai sebuah peradaban yang terbuka dan tidak membenci
unsur lain di luar Arab. Sebagai orang yang lama mengenyam pendidikan di bangku
pesantren, Ulil sangat tertarik dengan bahasa Arab.
B. Penutup
Alhamdulillah
puji syukur, penulis haturkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Allah swt paling tahu akan segala kebenaran, penulis
menyadari kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, maka dalam penyusunannya jauh
dari sempurna, penulis banyak kelemahan dan kekurangan, mohon kritik dan
sarannya.
Semoga Allah selalu memberi rahmat dan karunianya
kepada hambanya, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
- www.Pengaruh peradaban arab terhadap peradaban Islam.com
- www.peradaban Islam.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus