PENGARUH
PERADABAN ISLAM
PADA MASA DAULAH
BANI ABASIYAH
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Arab
Dosen
Pengampu: Drs.H.
Akhmad Rowi, M.H
Disusun Oleh :
Masruroh
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIFERSITAS
SULTAN FATAH DEMAK
TAHUN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peradaban
Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu
pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan
naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab,
pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan
terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari
kebebasan berpikir. Imperium kedua di dunia islam yang menggantikan Daulah
Umayyah ini muncul setelah terjadi revolusi sosial yang dipelopori oleh para
keturunan Abbas yang didukung oleh golongan oposisi terhadap Daulah Umayyah
seperti kaum Syi’ah, Khawarij, Qadariyah, Mawali (non Arab) dan suku Arab
bagian selatan.
Kemajuan
peradaban Abbasiyah sebagiannya disebabkan oleh stabilitas politik dan
kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad.
Daerah ini tertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan kanal di sungai
Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia. Perdagangan juga menjadi
tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad yang menjadi kota Transit perdagangan antar
wilayah timur seperti Persia, India, China, dan Nusantara dan wilayah barat
seperti negara-negara Eropa dan Afrika Utara sebelum ditemukan jalan lautmenuju
timur melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Penduduk
Daulah Abbasiyah terdiri dari berbagai etnik dan suku bangsa yang hidup di
wilayah yang memiliki cuaca dan kondisi geografis yang sangat berbeda. Meski
kesatuan politik Islam sering tercabik-cabik, para khalifah Daulah Abbasiyah
dapat membangun peradaban Islam yang agung. Namun, imperium ini runtuh di paruh
kedua abad ke-13 setelah terjadi perang saudara yang berlarut-larut, disusul
dengan kemunculan penguasa-penguasa dan pemberontakan tentara-tentara bayaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KELAHIRAN
DAULAH ABBASIYAH
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari
tahun 750-1258 M.
Pada abad
ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling
dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara
pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah).
Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri
Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu
bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Dari sini
dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti
akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi.
Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu
revolusi. Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi
pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai
kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan
keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti
itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah
merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan
pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak berdekatan
dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran Syi‘ah
pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan
golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya
mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat
fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak
mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah
kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.
Di bawah
pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua
fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan
pertempuran. Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, maka
seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim
al-Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran. Akhirnya bulan
Zulhijjah 132 H Marwan, Khalifah Bani Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath,
Mesir. Kemudian Daulah bani Abbasiyah resmi berdiri.
B. SISTEM
PEMERINTAHAN, POLITIK DAN BENTUK NEGARA
Pada zaman
Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut
pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan
(Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana
diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khalifahurrasyidin. Hal ini
dapat dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Pada zaman
Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbedabeda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang
dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab,
sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari
keturunan Persia dan mawali .
b. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota
negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
c. Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
d. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui
sepenuhnya .
e. Para
menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam
pemerintah
Selanjutnya
periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah mengalami penurunan,
terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian
(kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat , kecuali
pengakuan politik saja . Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan
mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja
munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; daulah Bani Umayyah di Andalusia atau
Spanyol, Daulah Fatimiyah .
Pada masa
awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para
Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari
kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama,
tindakan keras terhadap Bani Umayah . dan kedua pengutamaan orang-orang turunan
persi.
Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh
seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat
.Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1) Wizaraat
Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai pembantu
Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
2) Wizaaratut
Tafwidl (parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan
. Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja . Pada kasus lainnya fungsi Khalifah
sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah.
Selain itu,
untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah
dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh
seorang raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan
negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen).
Tata usaha negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary
al-markazy.
Selain itu,
dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara,
baitul maal, organisasi kehakiman., Selama Dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan budaya.
Para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima
periode :
a) Periode pertama (750–847 M), disebut
periode pengaruh Persia pertama
b) Periode kedua (847-945 M), disebut masa
pengaruh Turki pertama
c)
Periode ketiga (945 -1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaihdalam pemerintahan
dinasti Abbasiayah. Periode ini juga disebut pengaruh Persia kedua
d) Periode keempat (1055-1199 M), masa
kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan kholifah Abbasiyah, biasanya
juga disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua
e) Periode kelima (1199-1258 M), masa
kholifah bebas dari pengaruh dinasti lain tetapi kekuasaannya hanya efektif
disekitar kota Bagdad.
Pada periode
pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis,
para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Masa pemerintahan
Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai
754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari Daulah Abbasiyah adalah Abu Ja’far
al-Mansur (754–775 M). Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat
Kufah. amun, untuk lebih memantapkan dan
menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur memindahkan ibu kota
negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, dekat bekas ibu kota
Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan Dinasti
bani Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Sebagaimana
terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak
periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak
datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama,
hanya karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak
sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila
Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil,
tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
C. KEMAJUAN DAULAH ABBASIYAH
Banyak
sekali kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa daulat Abbasiyah diantaranya
1. Perkembangan
Intelektual
a. Terjadinya
Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
b. Gerakan Terjemah
Pengaruh
gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini
muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;
1.
Bidang filsafat: al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
2.
Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan
, Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
3.
Bidang Matematika: Umar al-Farukhan
, al-Khawarizmi.
4.
Bidang astronomi: al-Fazari,
al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil
ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para ahli ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang
ilmu pengetahuan, antara lain :
1.
Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
1)
Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2)
Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3)
Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4)
Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu
Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat,
Qoman, Saddiya dan lain-lain
6) Al
Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh
Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
7) Ibnu
Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillh dan
lain-lain
b. Bidang Kedokteran
1)
Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain
bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
3)
Thabib bin Qurra (836-901 M)
4) Ar
Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak
yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang
Matematika
1)
Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al
Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
1)
Al Farazi : pencipta Astro lobe
2)
Al Gattani/Al Betagnius
3)
Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4)
Al Farghoni atau Al Fragenius
e. Bidang Seni
Ukir
Beberapa
seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni
tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2.
Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang
termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As
Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist
ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu
Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum
Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor
itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary,
Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya
adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah,
Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali :
Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para
Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam
masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah:
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam
Syi’ah
2. Perkembangan
Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan
peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upayaupaya
dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari
bangunan –bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam
tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan
para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah
ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan
yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang
di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk
adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai
sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk
pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa
Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi:
pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.
3. Kehidupan
Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah
Permulaan
masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan
berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran. Yang menjadi
Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat
bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab
dalam menguatkan Islam. Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula
dalam :
a. Pertanian, Khalifah membela dan
menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada
beberapa yang dihapuskan sama sekali.
b. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk
beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota
dan industri-industrinya.
c. Perdagangan, Segala usaha ditempuh
untuk memajukan perdagangan seperti:
1.
Membangun sumur dan tempat-tempat
istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
2.
Membangun armada-armada dagang.
3.
Membangun armada : untuk melindungi
parta-partai negara dari serangan bajak laut.
Usaha-usaha
tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar
negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi segala negeri
dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga hal tersebut,
juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani
Abbassiyah.
a. Istana Qarruzzabad di Baghdad
b. Istana di kota Samarra
c. Bangunan-bangunan sekolah
d. Kuttab
e. Masjid
f. Majlis Muhadharah
g. Darul Hikmah
h. Masjid Raya Kordova (786 M)
i. Masjid Ibnu Taulon di Kairo
(876 M)
j. Istana Al Hamra di Kordova
k. Istana Al Cazar, dan lain-lain
4. Strategi
Kebudayaan dan Rasionalitas
Dalam negara
Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari
beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur
kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani,
Kebudayaan India dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
a. Kebudayaan Persia
b. Kebudayaan Hindi
c. Kebudayaan Yunani
d. Kebudayaan Arab
D.
KEMUNDURAN DAULAH ABBASIYAH
Disamping kelemahan
Khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa
di antara nya adalah sebagai berikut:
1.
Faktor Internal
a. Persaingan
antar Bangsa
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi,
karena para Khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan
kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang
Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi.
Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir
b. Kemerosotan
Ekonomi
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah. Kedua faktor ini saling
berkaitan dan tak terpisahkan
c. Konflik Keagamaan
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas
pada konflik antara Muslim dan Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja,
tetapi juga antara aliran dalam Islam.
d. Perkembangan
Peradaban dan Kebudayaan
Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada
periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian
ditiru oleh para haratawan dan anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin
2.
Faktor Eksternal
a. Perang
Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak
korban.
b. Serangan tentara Mongol ke wilayah
kekuasaan Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinamakan
khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
Pada periode
pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis,
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat
dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada mulanya
ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan
dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke
Bagdad.
Dengan
demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan
yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai
koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol Negara, sekertaris, dan
kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang
sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun seluruh
informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan
lancar.
Puncak
perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas
penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga
pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian
berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan
akademi.Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa,
kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina
juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-Syifa'.
B.
Peenutup
Alhamdulilah puji syukur penulis haturkan kepada Allah
swt yang telah memberi rahmat serta hidayahnya pada penulis, sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini
jauh dari sempurna mohon kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmurni, H.M. Yusran. Dirasah Islamiyah. Jakarta: PT Raja
Grafindo. 1998
Atim, Badry. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2000
Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Lesfi.
2004
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru.
2003
Syalabi, Prof. Dr. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3.
Jakarta: Al-Husna Zikra. 2000
Murodi, Drs.
Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang:
Karya Toha Putra. 2003
Chatibul Umam, Abidin Nawawi. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Menara Kudu
akhmadrowi.blogspot.com.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !