TEORI AKAL (Thoyibatul Baroroh)
Written By Unknown on Rabu, 09 Oktober 2013 | 05.56
TEORI AKAL
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Filsafat Islam
Dosen Pengampu:
Drs. H. Akhmad Rowi, M.H
Di Susun Oleh:
Toyibatul Baroroh
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH
DEMAK
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam berpikir.
2. Rumusan maslah
Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain :
1. Apa pengertian berpikir ?
2. Apa perbedaan antara berpikir dan bernalar ?
3. Apakah arti dari bahasa dan pikiran ?
4. Apa saja macam – macam berpikir ?
3. Tujuan pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian dari berfikir.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.
3. Untuk mengetahui arti dari bahasa dan pikiran.
4. Untuk mengetahui macam – macam berpikir.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berfikir sebagai aktivitas mental
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.
Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan
Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.
Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat,
sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.
2. Berfikir dan Bernalar
Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :
Induktif : proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus ( particular ).
Deduktif : penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.
Abduktif : penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tidak shohih.
3. Bahasa dan Pikiran
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita inginkan.
Ciri – ciri terutama dari berfikir adalah adanya abstraksi ( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda – benda, kejadian – kejadian, situasi – situasi yang mula – mula dihadapi sebagai kenyataan.
Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. “ Bahasa” hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain – lain yang abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpan, menjadi tanggapan – tanggapan dan pengalaman – pengalaman, kemudian diolah ( berfikir ) menjadi pengertian – pengertian.
Dalam lapangan berfikir, Watson terkenal dengan teorinya bahwa berfikir pada hakikatnya adalah implicit behavior ( Dirgagunarsa, 1996 ). Berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku motoris. Anak – anak, bahkan orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara. Berfikir dengan bersuara ini adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase selanjutnya, berbicara terhadap diri sendiri ini menghilang dan diganti dengan gerakan – gerakan kecil pada lidah yang tidak dapat terlihat dari luar. Seorang anak belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang sedang dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh karenaitu, ia dapat mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa.
4. Macam – Macam Berfikir
Secara garis besar, ada dua macam berfikir, yaitu :
Berfikir Autistik : lebih tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan berfikir seperti ini, seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar – gambar fantastis.
Berfikir Realistik : sering disebut reasoning ( nalar ), adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch ( 1967 ), sperti dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir realistic :
Berfikir Deduktif : berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama merupakan pernyataan umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.
Berfikir Induktif : adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ). Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian ( data ) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi ) terhadap data.
Berfikir Evaluatif :ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ). Perlu diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam factor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman – pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain.
2. Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
3. Berfikir lebih luas dari sekedar bernalar.
4. Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak.
5. Macam – macam berpikir diantaranya berfikir autistic dan berfikir realistic. Dan berfikir realistis yaitu dengan berfikir deduktif, induktif, evauatif.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex . 2003 . Psikologi Umum . Bandung : Pustaka Setia
Label:
Artikel,
Filsafat Islam
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !